REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Syamsul Maarif mengakui ada sejumlah kendala dan tantangan besar dalam upaya mencegah banjir di Jakarta.
Terlebih lagi, siklon yang terjadi di Jakarta adalah siklon pertama dari dua siklon yang mungkin terjadi. Dalam paparannya di hadapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat rapat terbatas (ratas), ia mengatakan ada masalah yang dihadapi.
“Masalah ruang berbasis penataan bencana. Itu masuk tata ruang,” katanya, Ahad (20/1). Ia mengatakan dimana-mana tempat yang ditinggali oleh penduduk itu menjadi tantangan besar.
Presiden, lanjutnya, sudah sudah instruksikan penataan ciliwung itu sebagai hal utama. Pompa yang belum mencukupi pun menjadi kendala. Tak hanya itu, beberapa tanggul pun jebol di beberapa tempat. Menurutnya, ada keausan sehingga sering terjadi hal diluar skenario.
“Tantangan berikutnya adalah drainase dan pendakalan sungai, masih menjadi tantangan, kemudian juga upaya untuk memperlancar bantuan logistik dan tanggap darurat. Juga itu masih tantantan,” katanya.
Menurut Syamsul, persoalan tidak hanya berkutat pada hal teknis, tetapi juga masalah kemasyarakatan. Tak jarang, ada pencegatan untuk dibelokkan ke tempat lain, juga ada pemanfaatan situasi yang merugikan kelancaran itu sendiri.
“Tantangan berikutnya adalah masih banyak masayarakat yang tidak mau meninggalkan rumahnya takut kehilangan harta bendanya,” katanya.
Ia pun sudah melaporkan adanya korban atas bencana banjir tersebut kepada Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo.
“Tentu saya sudah sampaikan kepada gubernur bahwa sudah tidak ada lagi korban, itu selalu kita sampaikan. Tetapi tidak berpatokan kemana-kemana, tapi satu korban adalah tragedi, meskipun saya akan informasikan kepada bapak tahun 2007 itu korban banjir 80 jiwa. Sekarang ini kita segera mencapai 19 orang. Yang seharusnya tidak perlu meninggal,” katanya.