Senin 21 Jan 2013 00:02 WIB

Muslim Uighur Keluhkan Status Halal Produk Impor

Rep: Agung Sasongko/ Red: Yudha Manggala P Putra
Muslim Uighur Cina
Foto: Islamicblog.com
Muslim Uighur Cina

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Komunitas Muslim Uighur mempertanyakan status halal dari produk-produk yang diimpor perusahaan Cina ke wilayah mereka. Menurut mereka, ada kesan longgar dari pengawasan terhadap barang impor tersebut.

Selama ini, Muslim Uighur lebih memilih untuk mengkonsumsi produk impor yang berasal dari negara-negara Islam. Meski sebenarnya, harga jual produk itu jauh lebih mahal. Yang terpenting bagi mereka, status halal produk impor lebih dipercaya ketimbang buatan Cina.

Salah seorang pemuda Uighur yang enggan menyebutkan namanya mengatakan produk-produk asal Cina cenderung diragukan status halalnya. Karena itu, Muslim Uighur lebih memilih produk impor kendati harganya dua kali lipat. "Kami masih membeli produk Cina tapi tidak terlalu banyak," kata dia seperti dikutip RFA Uighur Service, Ahad (20/1).

Konsultan urusan Cina untuk pemerintah Kanada, Charles Burton mengatakan apa yang dikeluhkan Muslim Uighur merupakan dampak dari korupsi yang terjadi pada inspektorat makanan terkait soal perizinan produk-produk yang masuk ke Xianjiang. Kondisi ini diperparah dengan fakta bahwa pemerintah Cina tidak menghormati hak-hak keagamaan Muslim Uighur.

"Sangat mengerikan bagi umat Islam ketika membeli makanan yang mereka anggap halal ternyata tidak. Celakanya, Muslim Uighur tidak memiliki kekuatan menyuarakan masalah tersebut," kata dia.

Merugikan

Efek dari ketidakpercayaan Muslim Uighur terhadap produk-produk buatan Cina membuat perusahaan-perusahaan Cina merugi. Tianren Internasional Ltd, misalnya mengklaim merugi ratusan ribu dollar akibat hal itu. "Perusahaan kami berdiri sejak lama, dan terus mengalami perkembangan signifikan. Kami produksi makanan halal untuk wilayah Xianjiang dengan keuntungan jutaan Yuan per tahun," kata Direktur Tianren, Luo.

Namun, ketidakpercayaan Muslim Uighur terhadap Tiaren bukan tanpa sebab. Perusahaan ini ketahuan memproduksi makanan dalam negeri yang selanjutnya diberi label halal melalui rekomendasi Malaysia. Setelah diselidiki, alamat yang tercantum pada label itu hanya tempat penyimpanan pribadi bukan pengolahan makanan.

Meski demikian, Tiaren membantah kalau setiap produk makanan yang diproduksinya tidak melalui prosedur halal. Ketikda ditanya detail produksinya ia menolak berkomentar. "Kami mendapatkan label halal dari Malaysia, memang kami akui produksinya berlangsung di Xianjiang," kata dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement