REPUBLIKA.CO.ID, Dosen Fakultas Dirasah Islamiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Ahmad Kusyairi Suhail MA, mengatakan, salah satu faktor pemicu mudahnya klaim dan tuduhan kafir ialah ilmu dan pemahaman tentang Islam yang belum sempurna. Seringkali muncul anggapan dari pemvonis, dirinyalah yang paling benar.
Ia menyerukan agar sesama Muslim lebih berhati-hati menjatuhkan vonis kafir. Pasalnya, dalam studi Alquran dan hadis, terdapat metodologi yang integral dan saling berkaitan. Kesemuanya, mesti dipahami secara utuh. "Sehingga, tidak saklek menuduh seseorang kafir,'' katanya.
Menurutnya, Alquran menempatkan kata kafir sebagai bahan ibrah, agar dijadikan pelajaran. Ini seperti kaum Nabi Luth, istri dan anak Nabi Nuh, serta kisah Firaun. Di zaman Rasulullah SAW, Nabi Muhammad menyebutkan nama tertentu sebagai kafir, tapi setelah itu mendoakan agar mendapat hidayah. Umar bin Khatab dan Hamzah merupakan nama yang memperoleh doa Rasul itu.
Di sisi lain, Rasulullah menegur Salman al-Farisi yang hendak menghunuskan pedang saat sang lawan tengah bersyahadat. Ia menilai, dalam kondisi perang saja Nabi melarang mengafirkan orang Islam, apalagi situasi damai seperti sekarang. "Makanya, labelisasi kafir kepada umat Islam harus hati-hati," katanya. Mendakwahkan agar umat Islam saling toleransi terhadap perbedaan yang syar'i dan saling menolong untuk hal-hal yang telah disepakati.
Ia melihat, munculnya fenomena takfir di Tanah Air, kata alumni S-3 Universitas Malaya Malaysia ini, selain disebabkan oleh faktor internal, dipengaruhi pula oleh sebab eksternal. Kesimpulannya itu, ia dokumentasikan dalam disertasinya yang berjudul 'Sebab-sebab Kelemahan Umat dan Jalan Menuju Kebangkitannya dalam Perspektif Alquran : Studi Kontemporer'. Ia melihat ada konspirasi pihak di luar Islam yang tidak menghendaki umat Islam bersatu. Mereka trauma melihat kekuatan Islam di Andalusia (Spanyol) yang berdiri hingga 600 tahun. "Makanya, hal ini harus diwaspadai oleh umat Islam," katanya.