REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keterbatasan fisik dan mental, bukan menjadi penghalang untuk berprestasi. Hal itu akan ditunjukan para atlet dan kontingan tuna grahita yang akan berlaga di ajang Special Olympics Internasional 2013, yang akan dilaksanakan di Pyeong Chang, Korea Selatan.
Menteri Sosial RI, Salim Segaf Al-Jufri mengapresiasi dan mendukung keikutsertaan para atlet dan kontingen tuna grahita tersebut. ''Kita berharap tahun ini atlet tuna grahita Indonesia dapat meraih prestasi yang membanggakan seperti kompetisi-kompetisi Special Olympics sebelumnya. Tahun 2009 lalu, kita berhasil membawa pulang medali emas dan perunggu,'' ujar Salim dalam siaran persnya, Kamis (24/1).
Indonesia melalui Special Olympics Indonesia (SOIna) akan mengirimkan tujuh kontingen untuk mengikuti kompetisi berbagai cabang olahraga. Sebagai dukungan nyata, Kemensos memberikan bantuan dana dan akan mendampingi langsung para kontingen di Korea Selatan.
Pendampingan langsung tersebut, menurut Mensos, agar bisa secara langsung memberikan semangat dan motivasi untuk mampu bersaing dengan kontingen negara lainnya. Selain itu, karena ajang ini juga bertepatan dengan pelaksanaan Pertemuan Pemimpin Dunia (Global Development Summit Leader).
Special Olympics World Summer Games (SOWSG) dan Special Olympics Winter Games (SOWGG) merupakan sebuah ajang olimpiade olahraga khusus bagi penyandang tunagrahita. Ajang ini diadakan sepanjang tahun dengan tujuan untuk membantu dan memberdayakan penyandang tuna grahita. Agar mereka menjadi orang yang berguna dan produktif serta diterima dan dihargai oleh masyarakat. Seperti slogan mereka selama ini: //“Let me win. But if I cannot win, let me be brave in the attempt//”.
Program Special Olympics sendiri lahir pertama kali pada tahun 1968. Hingga akhir tahun 2008 SOI mencatat sebanyak tiga juta atlet tersebar di lebih dari 170 negara yang telah menjadi anggota.
Indonesia mulai bergabung pada 9 Agustus 1989 dan merupakan anggota ke 79. SOIna mencatat hingga tahun 2011 telah menjaring 55 ribu atlet yang tersebar dari 33 provinsi diseluruh Indonesia. Artinya tiga persen dari 6,6 juta penyandang tuna grahita.