REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah warga korban banjir di Jalan Kalibata, Kelurahan Cililitan Kecil membutuhkan air bersih untuk keperluan mandi cuci kakus (MCK). Kebutuhan tersebut dinilai mendesak karena sumur air di kawasan tersebut tercemar lumpur dan air kotor.
"Keadaan kami saat ini adalah kesusahan air. Kami susah mendapat air bersih untuk kebutuhan mandi karena sumur yang ada rusak dan terendam lumpur. Itu kebutuhan mendesak kami," kata warga di Jalan Kalibata, Widayat, di Jakarta, Sabtu (26/1).
Menurut dia, tinggi banjir yang menggenang di wilayah tersebut pada hari Kamis (17/1) hingga Jumat (18/1) mencapai sekitar 1 meter. Dia mengaku, kendati tinggi banjir pada tahun 2007 lebih besar dari 2012, banjir pada pekan lalu datang dengan cepat dan genangan air langsung meninggi.
"Kalau pada pekan lalu itu banjir langsung naik dengan deras dan masuk rumah. Akan tetapi, jika pada tahun 2007 lebih tinggi, datangnya secara perlahan," kata Widayat yang juga berjualan burung hias dan pakan unggas di bantaran Sungai Ciliwung.
Untuk memenuhi kebutuhan air minum sementara, warga setempat terpaksa mencari ke sanak keluarga yang tidak terkena dampak banjir.
"Saya ada keluarga di daerah Halim, jadi minta ke sana untuk kebutuhan air minum. Tapi, kalau warga lain ada yang membeli galon air mineral dan ke keluarga juga," kata Widayat.
Menurut dia, pada pekan lalu ada tim pembersih yang datang ke beberapa rumah warga untuk membersihkan sumur air. Namun, operasi tersebut tidak mencapai sejumlah rumah di dekat tempat tinggalnya. "Pada waktu itu sempat ada, tapi saya belum dapat dan sekarang sudah tidak ada lagi, mungkin programnya sekarang sudah selesai," kata dia.
Widayat berharap kepada pemerintah provinsi untuk menyediakan truk tangki air bersih setiap hari dalam memenuhi kebutuhan air MCK warga di sekitar Cililitan Kecil.
Selain itu, dia mengaku mengalami kerugian dalam usaha penjualan burung hiasnya karena terganggu akibat banjir pekan lalu yang mencapai hingga Rp 20juta.
Namun, kerugian terbesar Widayat terjadi pada banjir 2007 yang mencapai hampir sekitar Rp 40 juta dalam banjir sepekan.
"Kerugian itu karena stok pangan unggas yang disimpan di lantai bawah terendam, kemudian ada beberapa burung yang mati serta ada juga yang hanyut terbawa air. Hingga saat ini, juga ada beberapa pakan yang terkena jamur" tegas dia.