REPUBLIKA.CO.ID, Lantai dan dinding istana Sulaiman terbuat dari kaca yang mengilap. Siapa sangka kolam dengan air mengalir dapat menjadi hiasan indah yang tertutup kaca. Pada masa dahulu, tanpa kemajuan arsitektur, siapa yang sanggup membuatnya?
Balqis pun menyadari, betapa selama ini ia telah sombong dengan kemakmuran dan ketangkasan kecerdasan rakyat Negeri Saba. Padahal, itu bukanlah apa-apa dibanding apa yang ia lihat saat itu, kekuasaan Sulaiman atas rahmat Allah.
Kisah Ratu Balqis tersebut dikabarkan oleh Alquran dalam Surah an-Naml ayat 16 sampai 44. Dalam Bibel pun kisah tersebut masuk dalam kisah Solomon. Berdasarkan sejarah, Ratu Balqis akhirnya menikah dengan Nabi Sulaiman. Hal tersebut tidak dijelaskan dalam dua kitab, tetapi berdasarkan pengakuan etnis Etiopia Abessinia karena mereka merupakan keturunan Nabi Sulaiman dengan Ratu Balqis.
Dari kisah Ratu Balqis di atas dapat dipetik banyak hikmah. Salah satunya sikap tawadhu atau rendah hati. Kisah tersebut menggambarkan betapa sang Ratu memiliki sifat rendah hati hingga ia tak memandang dirinya penguasa meski berstatus sebagai seorang ratu. Ia rendah hati dengan mau mendengarkan nasihat orang lain walaupun statusnya tertinggi di Negeri Saba.
Ia juga sudi merendahkan diri di hadapan Sulaiman. Bahkan, dengan kerendahan hatinya tersebut, ia pun dapat memahami tanda kekuasaan Allah hingga kemudian mengimani-Nya. Balqis mampu menepis kesombongan dan merendahkan diri serendah-rendahnya di hadapan Tuhan.
Baik dalam Alquran maupun hadis banyak disebutkan keutamaan tawadhu atau rendah hati. Allah pun memerintahkan kita untuk selalu memiliki sifat tersebut dan menjauhkan diri dari kesombongan. "Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di muka bumi. Dan, kesudahan yang baik itu bagi orang-orang yang bertakwa," (al-Qashash [28]:83).