REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman, DI Yogyakarta, diminta segera mewaspadai bencana petir yang kerap terjadi di kawasan Turi, Sleman. Sebab, komposisi tanah di daerah tersebut dinilai mengandung banyak muatan besi.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) DIY, Bambang Suryo, mengatakan ciri-ciri fisiknya memang tidak terlihat mata. Namun, bila lokasi tersebut kerap kali tersambar petir, maka bisa disimpulkan, terdapat kandungan besi yang tinggi di area itu.
"Pemkab harus segera menanganinya dengan membangun tower penangkal petir," kata Bambang dalam acara Forum Komunikasi Penanggulangan Bencana di Aula Gedung Sekertaris Daerah, Pemkab, Sleman, Selasa (29/1).
Selain itu, masyarakat juga harus mengantisipasinya dengan menyediakan alat penangkal petir di setiap rumahnya. Begitu juga dengan pepohonan tinggi di sekitar pemukiman warga, menurutnya, hal itu menjadi salah satu faktor penyebab petir menyambar.
Karena itu, dia mengimbau agar ketinggian pohon perlu dibatasi guna mengurangi resiko tersambarnya petir. Dia menyatakan, hal tersebut merupakan upaya preventif yang dapat dilakukan secara mandiri oleh masyarakat.
Camat Turi, Sleman, Endang Widowati, mengatakan ancaman petir sering kali menimbulkan kekhawatiran terhadap warga di kecamatan tersebut. Menurutnya, hal itu dikarenakan, wilayahnya berada di dataran tinggi, sehingga petir lebih berpotensi menyambar di lokasi itu. "Kami sudah mengusulkan untuk dibuatkan tower penangkal," ujarnya.
Sebagai langkah pencegahan, dia mendesak Pemkab untuk segera merampungkan kajian soal lokasi bencana tersebut. Endang menyatakan, pihaknya juga sudah mulai mensosialisasikan potensi petir itu ke masyarakat di setiap desa. Namun, selama bisa diwaspadai secara komprehensif, menurutnya, upaya relokasi belum dibutuhkan. "Kemarin adalah bencana terparah yang pernah terjadi," katanya.
Sebelumnya, sekitar pukul 14.30, dua rumah warga di Desa Ngagring, Turi, mengalami kerusakan parah akibat tersambar petir, Senin (28/1). Bahkan, instalasi listrik di sekitar wilayah itu tidak lagi berfungsi.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, petir awalnya menyambar pohon kelapa di samping rumah Warno Utomo (80 tahun) dan Marno (37 tahun) yang berdiri bersebelahan. Namun, kilat tersebut tidak berhenti begitu saja, melainkan langsung masuk ke tanah, hingga menimbulkan bekas sedalam 20 sentimeter.
Sebelumnya juga, di Desa Kembang Arum, Turi, juga pernah tersambar petir hingga memadamkan listrik di daerah tersebut. Endang memperkirakan, setiap kali terjadi hujan besar disertai petir, kawasannya seringkali terancam bahaya.