Selasa 05 Feb 2013 13:32 WIB

UTY Tradisikan Shalat Hajat dan Dhuha di Kampus (1)

Rep: heri purwata/ Red: Damanhuri Zuhri
Shalat dhuha di kantor (ilustrasi)
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Shalat dhuha di kantor (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,-- Mentradisikan shalat hajat di kampus. Itulah kegiatan positif yang telah berlangsung di Universitas Teknologi Yogyakarta (UTY) sejak 1990-an. 

Kegiatan shalat hajat yang diikuti dosen, karyawan, dan mahasiswa ini dilakukan empat kali sebulan seusai shalat Isya pada Rabu. Sedangkan, shalat dhuha dilakukan setiap Sabtu pada pekan kedua dan keempat. 

Ketika kegiatan shalat hajat dan dhuha mulai digulirkan, perguruan tinggi ini belum bernama UTY, tapi masih merupakan tiga perguruan tinggi, yaitu STIE Yogyakarta, ABA Yogyakarta, dan STMIK Dharma Bangsa. Ketiganya berada di bawah naungan Yayasan Dharma Bhakti IPTEK.

Shalat hajat pun diselenggarakan secara berpindah-pindah di tiga kampus tersebut. “Setelah shalat, dilakukan doa bersama untuk kemajuan kampus,” kata Rektor UTY H Bambang Hartadi kepada Republika di ruang kerjanya, Selasa (29/1).

Berkat kekuatan doa, perguruan tinggi ini terus berkembang. UTY yang berawal dari Akademi Akuntansi Yogyakarta (AA Yo) semula hanya memiliki 70 mahasiswa. Setelah berkembang menjadi STIE Yogyakarta, jumlah mahasiswa meningkat menjadi  4.000 orang.

Nah, sejak 2002, tiga kampus tersebut digabung menjadi satu universitas (UTY) dengan jumlah mahasiswa 7.000 orang. UTY memiliki lima fakultas, yaitu fakultas bisnis, teknologi informatika,  ilmu budaya, psikologi, dan pendidikan.

Gedung UTY pun semakin megah. Saat ini, UTY sedang mengembangkan kampus terpadu di Ring Road Utara, Jombor, Sleman. Untuk membangun ruang kuliah dan masjid, perguruan tinggi swasta ini baru saja membebaskan tanah seluas 7.000 meter persegi. Sementara, total luas lahan di Kampus Pusat UTY Jombor mencapai tiga hektare.

Masjid yang sedang dibangun di Kampus Pusat menempati lahan seluas 500 meter persegi. Masjid ini merupakan miniatur Masjid Istiqlal Jakarta.

Untuk membangun masjid berkapasitas 2.000 jamaah ini, pihak kampus telah menyediakan dana sebesar Rp 300 juta-Rp 500 juta. “Dengan adanya masjid ini, kegiatan religius akan semakin intensif dilaksanakan,” kata Bambang.

Pembinaan spiritual ini merupakan rangkaian upaya untuk membentuk pribadi unggul  yang meliputi unggul secara fisik, spiritual, dan psikologi. Salah satu pembina spiritualnya adalah Ustaz Yusuf Mansur, pimpinan Pesantren Tahfidz Alquran Daarul Quran, Ketapang, Tangerang, Banten.

n

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement