Jumat 08 Feb 2013 21:40 WIB

Pedagang Petak Sembilan Keluhkan Penurunan Omzet Imlek

Rep: halimatus sadiyah/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Pekerja menyiapkan pernak-pernik Tahun Baru Imlek di kawasan Pecinan Petak Sembilan, Glodok, Jakarta Barat, Jum'at (20/1). (Republika/Aditya Pradana Putra)
Pekerja menyiapkan pernak-pernik Tahun Baru Imlek di kawasan Pecinan Petak Sembilan, Glodok, Jakarta Barat, Jum'at (20/1). (Republika/Aditya Pradana Putra)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Warna merah mendominasi seisi pasar di kawasan Petak Sembilan, Glodok, Jakarta Barat. Berbagai pernak pernik imlek seperti lampion, pohon sakura, dan angpau dijajakan di banyak toko. Pernik imlek didominasi gambar ular, sesuai dengan sio tahun ini.

Tak ketinggalan, makanan khas imlek juga banyak tersedia, sebut saja kue keranjang. Kue yang melambangkan kemakmuran ini tersedia dalam banyak ukuran dan kemasan. Mulai dari yang berdiameter 5 centimeter hingga 10 centimeter. Ada yang dikemas menggunakan plastik berwarna merah, ada juga yang hanya dibungkus daun pisang. Harganya juga beragam, mulai dari Rp 25 ribu hingga Rp 35 ribu.

Salah satu toko yang menjual kue keranjang di Pasar Petak Sembilan adalah toko Ameng Namhin yang terletak di Jalan Kemenangan. Sama seperti kebanyakan toko di pasar ini, seisi toko Ameng Namhin juga didominasi warna merah. Seorang wanita penjaga terlihat berdiri di depan toko, menanti pembeli datang sambil mengipas-ngipasi diri.

Ya, tahun baru imlek sebentar lagi tiba. Masyarakat keturunan Cina banyak berseliweran untuk memburu berbagai kebutuhan imlek di pasar ini. Meski imlek tinggal dua hari lagi, Icha, penjaga toko mengatakan penjualan di toko tersebut masih sepi.

Lebih lanjut ia mengatakan, dalam sehari hanya terjual 20 kilo kue keranjang saja. Padahal biasanya ia bisa menjual hingga 50 kilo kue keranjang. "Biasanya buka toko sampai pukul 20.00 WIB, sekarang sih paling habis magrib juga sudah nutup," ujarnya.

Tidak hanya kue keranjang, lanjut Icha, penjualan pernak pernik imlek lain seperti hiasan pintu juga mengalami kemunduran. 

"Kalau habis imlek, pernik ular sudah engga bisa kejual lagi. Paling kalau ada yang cari, kita jual murah, daripada enggak kejual kan," kata Icha.

Menurutnya, penurunan omzet ditokonya akibat banjir yang melanda daerah tersebut beberapa waktu lalu. "Mungkin karena habis banjir kali ya jadi sepi," tambah dia.

Selain kue keranjang, makanan khas imlek lain yang banyak dijual di pasar ini adalah teripang atau lintah laut. Warga keturunan Cina menyebut hewan laut ini 'haisom.' Harganya memang mahal, mulai dari Rp 300 ribu hingga Rp 1,2 juta per kilogram.

Tidak berbeda dengan kue keranjang, daya beli hewan laut ini juga menurun. Aping, salah satu pedagang lintah laut mengatakan, menjelang imlek seperti ini ia bisa menjual lintah laut sebanyak empat ton. Namun, menurut Aping, jumlah tersebut sebenarnya jauh menurun hingga 30 persen dibanding penjualan tahun lalu. Sama seperti Icha, Aping juga menduga menurunnya penjualan lintah laut karena efek banjir.

Ros, salah satu warga keturunan Cina mengaku ada yang berbeda dengan perayaan imlek tahun ini. Meski sudah membeli segala perlengkapan imlek, ia mengatakan akan merayakan imlek secara sederhana.

"Tahun ini imleknya kurang meriah, dirayainnya secara sederhana saja, karena kemarin masih capek bersih-bersih rumah habis kebanjiran," ujar warga Jelambar ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement