Senin 11 Feb 2013 06:51 WIB

Budayawan: Kita Butuh Pemimpin Berbudaya

ilustrasi
Foto: brandedphx.com
ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Budayawan Sunda Dasep Arifin, yang akrab disapa "Abah Dasep" mengatakan, seorang pemimpin ataupun calon pemimpin harus berbudaya, dan memahami nilai-nilai adiluhung kearifan lokal dalam sebuah masyarakat.

"Pemimpin adalah teladan masyarakat. Seorang pemimpin atau calon pemimpin harus berbudaya. Kita butuh pemimpin berbudaya, bukan budaya pemimpin atau budaya penguasa," katanya di Bogor, Jawa Barat, Senin.

Ia mengemukakan, selama ini dirinya nyaris tidak pernah melihat ada pemimpin berbudaya. "Di Bogor, misalnya, selama 66 tahun saya hidup, belum pernah saya lihat ada pemimpin berbudaya," ujarnya.

Menurut dia, selama ini nilai-nilai adiluhung kearifan lokal yang diwariskan oleh leluhur bangsa ini secara perlahan mulai terkikis akibat tergerus perubahan dan perkembangan zaman.

"Fenomena ini perlu difahami dan diwaspadai oleh masyarakat, terutama oleh mereka yang diamanahkan menjadi pemimpin," katanya.

"Seorang pemimpin memiliki tanggung jawab dalam melestarikan budaya," tambah Abah Dasep yang juga "kasepuhan" (sesepuh) di Palataran Pakujajar Sipatahunan.

Abah Dasep mengutarakan, dalam praktik kehidupan berbangsa dan bernegara dewasa ini, yang berkembang adalah budaya pemimpin atau budaya penguasa, bukan pemimpin berbudaya.

"Kita membutuhkan pemimpin berbudaya, bukan budaya pemimpin atau budaya penguasa," kata dosen tamu budaya Sunda pada sejumlah perguruan tinggi di Indonesia ini.

Empat pilar

Ia mengemukakan ada empat pilar yang memiliki tanggung jawab besar dalam pelestarian budaya, yakni seniman, pemerintah, pelaku dunia usaha, dan media massa.

"Kalau empat pilar ini bersinergi, maka budaya akan tegak dengan baik," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini

Tahu gak? kalau ada program resmi yang bisa bantu modal usaha.

1 of 8
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَتَّخِذُوْا بِطَانَةً مِّنْ دُوْنِكُمْ لَا يَأْلُوْنَكُمْ خَبَالًاۗ وَدُّوْا مَا عَنِتُّمْۚ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاۤءُ مِنْ اَفْوَاهِهِمْۖ وَمَا تُخْفِيْ صُدُوْرُهُمْ اَكْبَرُ ۗ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْاٰيٰتِ اِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُوْنَ
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan teman orang-orang yang di luar kalanganmu (seagama) sebagai teman kepercayaanmu, (karena) mereka tidak henti-hentinya menyusahkan kamu. Mereka mengharapkan kehancuranmu. Sungguh, telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang tersembunyi di hati mereka lebih jahat. Sungguh, telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu mengerti.

(QS. Ali 'Imran ayat 118)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement