REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mengatakan bahwa Asia Tenggara dapat menjadi kawasan percontohan bagi dunia tanpa senjata nuklir dan dapat berperan besar bagi terwujudnya cita-cita tersebut.
"Negara-negara ASEAN dapat berperan besar dalam upaya pemusnahan senjata nuklir global dan kawasan ini harus menjadi dasar atau contoh untuk dunia yang bebas senjata nuklir," kata Marty saat membuka seminar 'Maintaining a Southeast Asia Region Free of Nuclear Weapons' di Jakarta, Selasa (12/2).
Menurut dia, salah satu tindakan yang bisa dicontoh oleh dunia dari ASEAN adalah ratifikasi Southeast Asian Nuclear-Weapon-Free Zone Treaty (SEANWFZ) oleh semua negara anggota.
"Ratifikasi SEANWFZ oleh semua negara anggota ASEAN menunjukkan komitmen kawasan untuk menjaga perdamaian dunia dengan menjadikan Asia Tenggara sebagai kawasan bebas nuklir," kata Marty.
Ia mengatakan, untuk menjadi organisasi kawasan yang berpengaruh di tingkat dunia dalam isu pemusnahan senjata nuklir, negara-negara anggota ASEAN harus memberikan komitmen yang penuh terhadap persoalan tersebut.
"Komitmen tersebut juga harus diperluas bukan hanya pada level nasional dan regional saja melainkan sampai pada tingkatan global," kata Marty.
Negara-negara di Asia Tenggara dalam pandangan Marty juga harus mendorong negara di luar kawasan untuk meratifikasi Traktat Pelarangan Menyeluruh Uji-Coba Nuklir (CTBT).
Selain itu, usaha untuk mewujudkan dunia tanpa nuklir, menurut Marty, juga dapat dilakukan dengan kerja sama lintas organisasi. Dalam hal ini, ASEAN harus menjalin hubungan dengan organisasi seperti Badan Internasional Energi Nuklir (IAEA).
Persoalan nuklir menjadi hangat dalam beberapa waktu terakhir. Korea Utara pada hari ini mengakui telah melakukan uji coba senjata pemusnah massal tersebut dengan kekuatan yang dikabarkan sampai sepertiga dari bom Hiroshima dan Nagasaki tahun 1945.
Tindakan tersebut memicu reaksi keras dari dunia. Sekjen PBB, Amerika Serikat beserta sejumlah negara sekutunya mengutuk Korea Utara karena mengindahkan resolusi Dewan Keamanan.
Sementara itu di Timur-Tengah, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa mesin pengayaan baru yang dimiliki Iran dapat mempercepat kemampuan negara tersebut dalam memproduksi senjata nuklir. Dia juga mendesak negara-negara kuat untuk menekan Iran demi 'perdamaian dan keamanan' kawasan.