REPUBLIKA.CO.ID, DARFUR -- Bentrokan suku-suku Arab yang ingin menguasai sebuah tambang emas, Selasa (26/2) di daerah Darfur Sudan menewaskan sedikitnya 500 orang.
Bentrokan tersebut juga menghancurkan 68 desa terhitung sejak Januari lalu.
Suku yang terlibat bentrokan itu di antaranya suku-suku Bani Hussein dan Rizeigat di Jebel Amer Darfur Utara. Seorang anggota parlemen Sudan untuk daerah El Sireaf yang termasuk dalam wilayah tambang itu, Adam Sheikha pada Selasa (26/2) merinci kronologis terjadinya bentrokan.
Menurut Sheikha, suku-suku Arab di wilayah Darfur banyak dipersenjatai oleh pemerintah sendiri dengan tujuan mereka bisa menumpas pemberontak di wilayahnya. Akibatnya, perang antar suku yang sudah dipersenjatai semakin mencekam. Perebutan tersebut dilatar belakangi perebutan sebuah tambang emas yang berada di Darfur utara.
Sebelumnya, pada Senin (25/2), Sheikha juga mengemukakan kepada wartawan, sedikitnya 510 orang tewas dan 865 orang lainnya cedera sejak pemberontakan itu meletus.
"Lima belas wanita diperkosa, 68 desa hancur dan 120 lainnya sebagian dibakar, dan sekitar 20 ribu keluarga terlantar memerlukan bantuan pangan yang mendesak," tutur Sheikha, seperti dikutip dari AllAfrica.com (27/2).
Bentrokan antar suku di Sudan sudah dimulai sejak 2003 silam. Saat itu, bBeberapa suku Arab di Khartoum mengklaim Pemerintah Sudan telah melakukan kesewenang-wenangan dengan mengabaikan Darfur. Suku-suku tersebut akhirnya angkat senjata untuk memberontak kepada pemerintah yang dipimpin etnik Arab di Khartoum.