REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Sebanyak lima polisi tewas dalam penyergapan di negara bagian Sabah, Malaysia. Pasukan keamanan Malaysia terlibat bentrokan dengan kelompok bersenjata Sulu.
Inspektur Jenderal Polisi Ismail Omar mengatakan tim polisi dikirim ke sebuah desa di pantai timur Semporna setelah mendengar laporan yang menyatakan kelompok bersenjata Sulu berada di wilayah itu.
Saat datang ke desa itu, polisi Malaysia disambut serangan. Bentrokan antara polisi dan kelompok bersenjata Sulu pun meletus. Sebanyak lima polisi dan dua orang bersenjata tewas dalam baku tembak tersebut.
"Saya telah memerintahkan polisi datang di daerah, dan situasi terkendali," kata Ismail. Laporan sebelumnya menyebutkan korban tewas dua.
Ismail mengatakan kepada media bahwa polisi sedang memburu setidaknya 10 penyusup yang diyakini telah menyusup di dua desa di wilayah Kunak, yang terletak di antara Semporna dan Lahad Datu di mana sekitar 180 Tentara Kesultanan Sulu, yang telah bersembunyi di satu Desa Tanduo selama tiga minggu .
Polisi sedang menyelidiki apakah perkembangan terbaru itu terkait dengan orang-orang bersenjata Sulu, Ismail menambahkan.
Sementara itu, tiga orang ditangkap ketika mencoba menyelinap melalui blokade keamanan dekat Desa Tanduo Sabtu malam. Ismail menekankan bahwa situasi di ketiga wilayah sudah terkendali.
Pantai timur daerah Sabah berada dalam situasi tegang setelah pertempuran antara pasukan keamanan dan kelompok Sulu Jumat pagi. Sebanyak dua polisi dan 12 pria bersenjata tewas.
Perdana Menteri Malaysia Najib Razak mendesak kelompok itu untuk menyerah atau akan menghadapi aksi keras.
Pihak berwenang Malaysia telah terlibat dalam penyanderaan sejak tiga pekan lalu dengan sekelompok sekitar 180 warga Filipina, termasuk beberapa bersenjata berat.
Mereka adalah pengikut Sultan Sulu Filipina Jamalul Kiram III yang berbasis di selatan negara itu, yang bergolak.
Kiram bersikeras Sabah adalah rumahnya dan bahwa kesultanan Sulu pernah menguasai bagian dari Kalimantan.