Selasa 05 Mar 2013 18:12 WIB

KSAD: Bangsa Indonesia Harus Keras pada Diri Sendiri

Rep: Priyantono Oemar/ Red: Heri Ruslan
Pramono Edhie Wibowo
Foto: Republika/Edi Yusuf
Pramono Edhie Wibowo

REPUBLIKA.CO.ID, SITU LEMBANG -- Untuk maju dan menjadi lebih baik, menurut KSAD Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo, "Bangsa Indonesia harus keras pada dirinya sendiri."

Pramono Edhie menegaskan hal itu saat memberi pengarahan seusai upacara pelepasan Tim Ekspedisi NKRI Koridor Sulawesi di Pusdik Kopassus, Situ Lembang, Bandung Barat, Selasa (5/3).

Tim Ekspedisi melibatkan prajurit TNI dari semua matra, Polri, LSM, Menwa, LIPI, kebun raya, dan perguruan tinggi. Ada 192 mahasiswa dari 30 perguruan tinggi yang akan melakukan penelitian flora-fauna, geologi dan potensi bencana, kehutanan, dan sosial budaya. Tim Ekspedisi juga akan melakukan penanaman pohon dan pembangunan fisik.

Menurut Pramono Edhie, prajurit TNI sudah diajari cinta lingkungan sejak dini. Ia lantas menurutkan pengalamannya saat diwajibkan tanam pohon di asrama saat masih berpangkat letnan. "Tanam pohon. Kalau mati, kau kumatikan," ujar Pramono Edhie mengenang perintah komandannya.

"'Kau kumatikan. Kalau tak mengerti akan bilang itu kasar. Keras. Padahal kalau mengerti maksudnya, itu baik," ujar Pramono.

Maka, tiap hari Pramono bawa plastik untuk menampung air yang akan ia gunakan menyiram pohon yang telah ia tanam. Tiap hari. "Tiga puluh tahun kemudian asrama hijau. Tak dimatikan aku jadinya," ujar dia yang disambut tawa peserta ekspedisi.

Contoh keras pada diri sendiri, juga dicontohkan Pramono saat mengikuti pelatihan di Pusdik Kopassus. Lokasi Pusdik di ketinggian 1.450 meter dari permukaan laut berudara dingin. Saat itu ia juga masih letnan. Pukul 02.00 dini hari dibangunkan pelatih. Diminta copot baju, copot celana, sehingga tinggal memakai celana dalam. Kemudian berbaris, lalu lari sambil teriak corsa-corsa.

"Belok kanan. Corsa, corsa. Ternyata ke danau Situ Lembang. Lalu diperintahkan masuk danau. Kita menggerutu, tapi masuk ke danau juga," ujar Pramono.

Pelatih mengawasi dari pinggir danau sambil merokok. "Ada yang kopral, ada yang sersan pelatihnya. Kapan lagi ngerjai perwira," kata Pramono.

Di danau yang airnya sepinggang, para letnan diminta berbaris, lalu merapat. Tak lama kemudian diperintah jongkok, lalu diperintahkan, "Dalam hitungan ketiga, semua kepala harus hilang dari pandangan." Jika ada kepala yang terlihat, kepala itu akan dilempari pelatih.

Muncul dari danau, kata Pramono, "Tubuh ngebul mengeluarkan uap." Karena kedinginan, yang tadinya gondok akhirnya pada tertawa. Setelah berendam, rasa dingin jadi tak ada, dan tidur nyenyak.

"Ternyata pelatih yang bertindak keras itu bertujuan baik. Agar kita bisa tidur nyenyak tak kedinginan," ujar dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement