REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Pemerintah berencana menaikan harga gas elpiji 12 kilogram. Namun, sampai saat ini distributor gas belum mengetahui rencana tersebut.
Bila kenaikan itu, terealisasi distributor gas terancam bangkrut. Sebab pelanggan akan semakin meninggalkan elpiji 12 kilogram dan beralih ke gas bersubsidi tiga kilogram.
"Sampai kini, belum ada pemberitahuan resmi dari Pertamina terkait rencana kenaikan tersebut," ujar Sun Khaeng (64 tahun), pimpinan bagian gudang distributor gas, PT Santini Jaya Mega, Jalan Pasir Nangka No 08, Kelurahan Purwamekar, Kecamatan Purwakarta, Rabu (6/3).
Diakui Sun Khaeng, sejak pemerintah menggulirkan program gas bersubsidi, penjualan gas elpiji 12 kilogram mengalami kelesuan. Sebab, banyak pelanggan yang beralih ke gas tiga kilogram. Selain harganya lebih murah, kualitasnya juga sama saja.
Dulu, lanjut dia, Pertamina melayani berapapun kebutuhan distributor. Sewaktu belum ada gas bersubsidi, delivery order (DO) dari PT Santini, bisa mencapai 3.000 tabung per bulan. Namun, sejak adanya gas kemasan tiga kilogram, DO tersebut mengalami penyusutan sampai 1.500 tabung.
Dari 1.500 tabung itu, lanjut dia, tak semuanya laku terjual dalam sebulan. Paling juga sekitar 50 persennya. Itupun, Santini menjualnya ke pelanggan setia. Seperti, pemilik pertokoan, perusahaan katering serta pabrik.
Kalau menjual ke rumah tangga, sangat sulit. Sebab, mayoritas mereka beralih ke gas tiga kilogram. Dengan begitu, DO yang bisa ditebus oleh Santini, maksimalnya tiga DO dalam sebulan. Setiap DO, kapasitasnya hanya 300 tabung.
"Tiga DO itu, kalau ada kasus gas bersubsidi langka, seperti pada Februari kemarin," jelasnya.
Kalau gas tiga kilogram normal, maka DO untuk gas 12 kilogram hanya satu. Itu kondisi setelah pemerintah menggulirkan konversi gas. Bila sekarang gas elpiji 12 Kg akan naik, dipastikan penjualan akan semakin menurun.
Sebab, harga saat ini saja mencapai Rp 72.500 per 12 kilogram. Bila membeli eceran harganya Rp 78 ribu per 12 kilogram. Bila konsumen tingkat akhir membeli ke pengecer, seperti warung, harganya bervariasi antara Rp 82 ribu sampai 85 ribu per 12 kilogram. "Kalau bisa sih jangan naik. Soalnya, kalau naik, kami akan kehilangan pelanggan," jelasnya.
Meskipun keinginannya harga gas tetap stabil, Khaeng tak bisa berbuat apa-apa. Sebab, bila pemerintah sudah mewacanakan seperti itu, maka harga gas akan mengalami perubahan.
Untuk mempersiapkannya, ia akan menunggu kepastian dulu berapa selisih kenaikannya. Jika sudah ada harga pasti, dia akan memberitahukannya kepada pelanggan. Terutama, pelanggan setianya. "Supaya mereka tak kaget serta tidak beralih ke gas tiga kilogram," paparnya.