REPUBLIKA.CO.ID,NAIROBI — Raihan suara 50,07 persen bagi Uhuru Kenyatta membuatnya ditahbiskan sebagai presiden. Meski kasus kriminalitas dan petisi Mahkamah TInggi membelitnya, dia bertekad menjaga stabilitas negaranya. "Saya nyatakan Uhuru Kenyatta menjadi presiden terpilih Republik Kenya,” cetus Ketua Komisi Pemilihan Independen Kenya Issack Hassan usai proses penghitungan suara seperti yang dilaporkan Reuters, Sabtu (9/3).
Setelah itu Hassan menyerahkan sertifikat hasilnya pada Kenyatta yang ikut hadir saat pengumuman itu. Kenyatta mengucapkan terima kasih kemudian bergegas ke sebuah kampus di pusat kota Nairobi untuk menyampaikan pidatonya.
Hasil akhir penghitungan menunjukkan kemenangan Kenyatta sebesar 6.173.433 suara (50,07 persen). Sedangkan suara bagi Odinga sebanyak 5.340.546 (43,3 persen). Lebaih dari 12. 330.000 pemilih terdaftar. Namun hanya 86 persen yang memilih.
Hasil tersebut menunjukkan kemenangan Kenyatta dalam satu putaran. Sambutan buat pria berusia 51 tahun ini beberapa saat setelah pengumuman sungguh luar biasa di jalan-jalan kota Nairobi dan tempat asal Kenyatta. Ratusan lampu neon dinyalakan, tangan-tangan membentuk simbol angka tiga dan nama Uhuru diteriakkan.
Kondisi kontras terlihat di kota kelahiran rival Kenyatta, Odinga di barat kota Kisumu. “Tidak ada Raila, tidak ada perdamaian,” seru para pendukung Odinga sambil melempar batu. Petugas kepolisian segera menyemprot mereka dengan gas air mata.
Banyak pengamat menilai, huru hara Kenya usai enam hari proses pemilihan umum bakal berlanjut. Bahkan mungkin mengulang peristiwa kekerasan pada 2007-2008 silam yang menewaskan 1000 orang.
"Kemenangan ini tidak akan menimbulkan korban,” tegas Ahmed Issack Hassan pada AP.
Dari perpektif pendukung Odinga, kemarahan mereka beralasan kuat. Seperti yang diungkapkan warga daerah kumuh Kibera, Francis Eshitem. "Masalahnya suara Raila tidak besar. Ada keganjilan, selisih suara Raila dan Uhuru besar,” nilainya.