REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) melakukan langkah komunikasi yang cukup mencolok. Dia memanggil beberapa orang mantan petinggi TNI ke Istana Negara.
Senin (11/3), SBY memanggil mantan Danjen Kopassus TNI AD Prabowo Subianto. Hari ini Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat tersebut juga menemui tujuh mantan jenderal TNI AD lainnya.
Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Ahmad Mubarok menilai wajar jika SBY melakukan langkah tersebut. Apalagi saat ini terjadi pertikaian antaraparat keamanan yang melibatkan TNI. Sehingga stabilitas keamanan negara mau tidak mau terusik.
"Saya kira itu memperkuat visi TNI dalam membangun masa depan. Sehingga TNI tidak saling menyerang," kata Mubarok saat dihubungi Republika, Rabu (13/3).
Ia pun menyangkal kalau pertemuan itu jadi ajang bagi SBY untuk konsolidasi politik menjelang pemilu 2014. Menurutnya, apa yang dilakukan SBY lebih dari itu.
Yaitu, lebih ditujukan pada setelah pemilu 2014 berakhir, TNI tetap menjadi bagian dari kesatuan bangsa. Serta, turut membantu pemerintah menjaga stabilitas nasional.
Memang, lanjut Mubarok, mantan jenderal yang diundang SBY merupakan tokoh-tokoh bangsa yang sekarang aktif di dunia politik. Sehingga, komunikasi itu dianggap tepat sasaran.
"Tidak hanya sampai 2014, tapi juga setelah Pak SBY tak menjabat presiden lagi kesinambungan itu masih terjaga. Jangan antar-TNI saling menyerang," ungkapnya.
Mubarok menangkap, langkah SBY untuk mengingatkan kembali rekan-rekannya sesama alumni TNI perlu dilakukan. Yaitu, untuk sama-sama menjaga stabilitas politik.
"Jangan saling menjelekkan. Misalnya Pak Wiranto, atau Pak Prabowo. Mereka itu orang-orang yang potensial, jangan dibuat seperti menyalahkan atau menyerang SBY," jelas dia.