Kamis 21 Mar 2013 01:09 WIB

Konsep Pengaderan NU Pendekatan Keindonesiaan

Rep: Agus Raharjo/ Red: Dewi Mardiani
Nahdlatul Ulama
Nahdlatul Ulama

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Organisasi massa (Ormas) Nahdlatul Ulama (NU) merupakan Ormas Islam terbesar di Indonesia. Ulama-ulamanya sudah tersebar di seantero wilayah nusantara. Bahkan, ulama-ulama NU termasuk yang paling solid memersatukan pesantren-pesantren.

Pasalnya, kunci pengaderan NU didasarkan pada pendekatan keindonesiaan. Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Marsudi Syuhud, mengungkapkan NU bukan sekadar stake holder di bumi Indonesia, melainkan pendiri. Hal itulah yang selalu ditanamkan pada kader NU, agar selalu menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

"Kalau tidak ada tanah tumpah darah dan air, di mana NU bisa berdiri? Di langit? Sebab itu NU menjaga keutuhan NKRI," kata Marsudi, Rabu (20/3).

Marsudi menambahkan, NU menggunakan setiap instrumen pendidikan untuk mendidik kader-kadernya. Bukan hanya melalui pesantren. Pasalnya, hakikat ilmu itu berasal dari Allah SWT, kata Marsudi. Jadi, bagi warga NU, tidak ada pembedaan ilmu agama atau ilmu umum. "Kalau umat butuh listrik, hukumnya fardhu kifayah ulama NU belajar listrik," katanya.

NU sendiri memiliki lembaga pendidikan yang sudah tersebar di Indonesia. Namun, kata Marsudi, NU tidak membedakan antara ilmu umum dan agama atau sekolah umum atau madrasah.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement