REPUBLIKA.CO.ID, NICOSIA -- Pemerintah Siprus telah menutup bank sejak pekan lalu untuk menghindari penarikan dana besar-besaran. Namun, uang tetap keluar dari Siprus meski bank ditutup.
Selain untuk ATM dan dana kemanusiaan, sejumlah besar euro keluar dari negara kepulauan tersebut sebelum dan setelah anggota parlemen Siprus menolak restribusi untuk semua tabungan nasabah.
Negosiator Uni Eropa mengetahui ada yang salah ketika bank sentral Siprus meminta lebih banyak uang tunai dari bank sentral Eropa.
"Jumlah uang tunai yang disebutkan Siprus per harinya lebih kecil dari kenyataannya," ujar seorang sumber dilansir Reuters.
Kebingungan atas berapa banyak uang yang ditarik keluar dari bank Siprus menyiratkan kekhawatiran atas negosiasi. Meski hanya mewakili 0,2 persen dari ekonomi zona euro, Siprus tetap mengancam krisis utang regional. Masalah di Siprus yang berawal di Yunani merupakan kasus dana talangan pertama di zona euro.
Tidak diketahui seberapa besar dana keluar dan di mana uang tersebut dikirim. Dua bank yang terkena krisis, bank populer Siprus yakni Laiki dan Bank Siprus memiliki unit di London. Unit tersebut tetap buka sepanjang pekan dan tidak ada pembatasan penarikan.
Bank Siprus juga memiliki 80 persen saham di Bank Uniastrum Rusia yang juga tidak memiliki batasan penarikan. Rusia termasuk di antara deposan terbesar di Bank Siprus.
Chris Pavlou yang menjabat sebagai wakil pimpinan Laiki mengatakan sampai Jumat pekan lalu, uang yang ditarik dalam jumlah jutaan euro, bukan miliaran. Menteri Keuangan Jerman, Wolfgang Schaeuble mengatakan penutupan bank sudah membatasi pelarian dana. Namun, bank sentral Eropa tengah mencermati masalah pelarian dana. Dia menolak merinci berapa besar dana keluar.