REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Empat ribu tentara Prancis yang dikerahkan di Mali untuk melawan gerilyawan akan dikurangi menjadi 1.000 pada akhir tahun ini, kata Presiden Prancis Francois Hollande, Kamis (28/3).
"Kami akan mulai menarik pada akhir April," katanya dalam satu wawancara dengan televisi Prancis 2. "Pada Juli, tidak akan ada lebih dari 2.000 tentara di Mali. Pada akhir tahun, hanya akan ada 1.000 tentara."
Prancis, yang memimpin intervensi militer untuk mengamankan Mali utara dari jaringan gerilyawan Alqaidah, ingin menarik diri dan menyerahkan kepada pasukan Afrika yang dikenal sebagai AFISMA. Menurut laporan yang dilansir dari AFP, Jumat (29/3), AFISMA ini akan berubah menjadi misi penjaga perdamaian PBB.
Prancis telah menyerukan kepada 15-anggota Dewan Keamanan PBB untuk meloloskan satu resolusi pada April guna menyiapkan pasukan penjaga perdamaian, yang bisa berada di tempatnya pada Juli. AFISMA saat ini berjumlah sekitar 6.300 tentara dari negara-negara Afrika Barat dan Chad.
Hollande juga mengatakan Prancis ingin pemilu di Mali pada Juli, dan menambahkan bahwa Paris adalah tidak fleksibel dalam hal ini.