Jumat 12 Apr 2013 13:45 WIB

Pengusaha Akui Pengawasan Impor Daging Lemah

Rep: Meiliani Fauziah/ Red: Nidia Zuraya
Daging sapi impor (Ilustrasi)
Daging sapi impor (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Importir mengakui terdapat celah dalam pelaksanaan importasi daging sapi. Adanya importir yang menyalahi praktek perizinan dan penyelundupan cukup menjadi bukti. "Artinya, pengawasan di Kementan memang lemah," ujar Ketua Komite Daging Sapi (KDS) Jakarta Raya, Sarman Simanjorang, Jumat (12/4).

Pemerintah diminta mengetatkan pengawasan terhadap pelaksanaan importasi. Audit BPK baru-baru ini menyebutkan beberapa importir terbukti melakukan pelanggaran. Sebanyak 21 importir diindikasikan mengimpor daging dan jeroan sapi tanpa melalui melalui prosedur karantina.

Sarman meminta agar pelaku pelanggaran ditertibkan. Instansi terkait seharusnya mempunyai rekam jejak para importir sebelum memberikan rekomendasi. Hal ini berlaku pula untuk Kementrian Perdagangan dan Kementrian Perindustrian.  Apalagi penentuan kuota ditentukan dalam rapat koordinasi.

Selain tindak lanjut audit, Sarman mengingatkan agar pemerintah menyiapkan pasokan daging jelang Lebaran yang akan berlangsung tiga bulan lagi. Setiap tahunnya, rerata kebutuhan daging saat Lebaran mencapai 15 ribu ton. Dalam keadaan normal sekalipun, harga daging di momen tersebut cukup tinggi. Tahun lalu harga daging ketika lebaran disebutkan Rp 120 ribu per kg. "Bisa jadi nanti tembus 150 ribu per kg kalau tidak diantisipasi," katanya.

Pemerintah sebelumnya menyoroti realisasi impor daging yang dikatakan rendah. Anggapan ini dinilai Sarman keliru. Dengan kuota yang terbatas, merupakan kewajaran jika importir melakukan pengaturan realisasi impor. "Kalau langsung direalisasikan sekaligus, bagaimana dengan 8 bulan mendatang? Kuota itu kan berlaku untuk satu tahun," ujarnya.

Ia berkeras pemerintah perlu menambahkan kuota impor. Cara ini menurut dia menghasilkan dua hal, penurunan harga dan kestabilan pasokan daging. Saat ini yang terjadi yaitu belantik dan pedagang lokal menahan sapi milik mereka karena harga sedang tinggi. Harga bobot sapi hidup di tingkat pedagang mencapai Rp 35 ribu hingga Rp 45 ribu per kg. Sebelumnya bobot sapi hidup dihargai Rp 25 ribu per kg. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اِذْ اَنْتُمْ بِالْعُدْوَةِ الدُّنْيَا وَهُمْ بِالْعُدْوَةِ الْقُصْوٰى وَالرَّكْبُ اَسْفَلَ مِنْكُمْۗ وَلَوْ تَوَاعَدْتُّمْ لَاخْتَلَفْتُمْ فِى الْمِيْعٰدِۙ وَلٰكِنْ لِّيَقْضِيَ اللّٰهُ اَمْرًا كَانَ مَفْعُوْلًا ەۙ لِّيَهْلِكَ مَنْ هَلَكَ عَنْۢ بَيِّنَةٍ وَّيَحْيٰى مَنْ حَيَّ عَنْۢ بَيِّنَةٍۗ وَاِنَّ اللّٰهَ لَسَمِيْعٌ عَلِيْمٌۙ
(Yaitu) ketika kamu berada di pinggir lembah yang dekat dan mereka berada di pinggir lembah yang jauh sedang kafilah itu berada lebih rendah dari kamu. Sekiranya kamu mengadakan persetujuan (untuk menentukan hari pertempuran), niscaya kamu berbeda pendapat dalam menentukan (hari pertempuran itu), tetapi Allah berkehendak melaksanakan suatu urusan yang harus dilaksanakan, yaitu agar orang yang binasa itu binasa dengan bukti yang nyata dan agar orang yang hidup itu hidup dengan bukti yang nyata. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.

(QS. Al-Anfal ayat 42)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement