Senin 15 Apr 2013 16:57 WIB

Gerakan Anti-Muslim di Myanmar Meluas

Gerakan 969 di Myanmar
Foto: globalpost.com
Gerakan 969 di Myanmar

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Gerakan anti-Muslim 969 meluas ke pusat Myanmar. Gerakan ini mengancam transisi demokrasi yang sudah menjadi bagian sejarah negeri ini.

Pamflet, stiker, DVD, dan publikasi lewat internat menyebarkan kebencian di negeri dengan penduduk Muslim yang tercatat sebagai minoritas. Gerakan ini mengikuti kekerasan bulan lalu yang menyebabkan 43 orang tewas dan membuat lingkungan Muslim di pusat Myanmar dimusnahkan.

Gelora dalam Islamfobia itu telah muncul sebagai tantangan utama pemerintah reformis Myanmar dengan Presiden Thein Sein. Padahal, presiden sudah mengingatkan negerinya untuk belajar dari kekerasan dan ketidakstabilan pada pidatonya saat Festival Tahun Baru Myanmar.

Dikutip dari Sydney Morning Herald, Presiden Dewan Kota Islam Nyunt Maung Shein mengaku, Muslim saat ini khawatir akan masa depan mereka.

"Bagaimana kita hidup di lingkungan Buddha? Kita sangat putus asa dengan pembunuhan terhadap perempuan, anak-anak dan para pelajar," ujarnya. Menurut dia, Muslim telah menjadi kambing hitam pada era transisi dari junta militer yang brutal.

Kaum Buddha yang dipimpin oleh para biksu menjadi motor penggerak yang membuat orang-orang Buddha boikot bisnis Muslim.  Nasib Muslim di Yangon dan Meikhtila pun terancam seperti nasib saudaranya di Rohingya.

Dalam beberapa bulan terakhir, ribuan Muslim Rohingya menumpang perahu-perahu untuk pergi ke Malaysia tanpa pengamanan. Di Malaysia, orang Rohingya mencari perlindungan dalam populasi Rohingya memang lebih besar. 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement