REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Presiden Suriah, Bashar Al Assad, mengatakan apa yang terjadi di Suriah adalah perang dalam segala bentuk pengertian. Tapi, masih ada peluang bagi dialog dengan oposisi.
"Suriah adalah sasaran upaya kolonisasi dengan segala bentuk kemungkinan dan cara yang berbeda. Mereka berusaha mengkolonisasi Suriah dengan kekuatan yang datang dari luar," kata Bashar kepada TV Al-Ekhbaria yang propemerintah.
Wawancara tersebut ditayangkan pada Rabu malam saat Suriah memperingati ulang tahun penarikan tentara Prancis dari Suriah pada 1946. Penarikan pasukan yang mengakhiri mandat Prancis di negeri itu.
Kementerian Luar Negeri Suriah sehari sebelumnya menyatakan Prancis harus berhenti mencampuri urusan dalam negeri Suriah. Seruan Suriah dikeluarkan setelah Prancis mempertanyakan amnesti umum baru yang dikeluarkan Bashar sebagai manuver untuk mengulur waktu. Sebanyak 7.000 tahanan dibebaskan berdasarkan pengampunan itu.
''Pernyataan Bashar tersebut juga merujuk kepada gerilyawan yang telah dipenuhi kaum fanatik yang berafiliasi pada jaringan Alqaidah,'' demikian laporan Xinhua yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis.
Kelompok radikal di Suriah, Front An-Nusra, belum lama ini telah menjanjikan kesetiaan kepada Alqaidah.
''Suriah sedang memerangi satu kelompok bandit. Sekelompok tentara bayaran yang memperoleh uang dari luar negeri sebagai imbalan bagi tindakan sabotase tertentu. Ada Takfirri atau Al Qaida atau An-Nusra,'' kata Al Assad. ''Mereka semua bernaung di bawah payung intelektual.''
Al Assad menekankan kelompok itu telah mengalami pukulan sangat keras dari militer Suriah. Mereka dihapuskan di beberapa tempat atau terpaksa bekerja di bawah payung Alqaidah.