Kamis 18 Apr 2013 15:18 WIB

Menperin: Industri Tekstil Andalan Persaingan AEC

Pabrik tekstil di Indonesia (Ilustrasi)
Foto: KBRI Roma
Pabrik tekstil di Indonesia (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perindustrian (Menperin) MS Hidayat mengatakan industri tekstil merupakan andalan pemerintah dalam persaingan internasional khususnya menghadapi ASEAN Economic Community atau Masyarakat Komunitas ASEAN (AEC) 2015.

"Industri tekstil merupakan andalan pemerintah untuk bersaing secara internasional, terutama pada AEC 2015," kata Hidayat usai membuka Munas Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) di Jakarta, Kamis (18/4).

Hidayat mengatakan, total populasi di ASEAN kurang lebih sebanyak 600 juta jiwa, sementara Indonesia memiliki 240 juta penduduk, jika kita tidak mampu bersaing maka nantinya Indonesia hanya akan menjadi pasar bagi komunitas ASEAN tersebut. "Oleh karena itu, tekstil harus kompetitif sehingga bisa mengekspor ke negara lain," ujarnya.

Menurut dia, pihaknya juga telah melakukan pembicaraan dengan para pengusaha tekstil Indonesia untuk bisa menyiapkan 'roadmap' atau peta industri tekstil untuk kedepannya. "Memang kekurangan kita adalah di mesin karena mulai dari komponen hingga mesin sendiri itu kita harus impor, dan hal tersebut yang melemahkan daya saing kita," terang Hidayat.

Dengan kondisi seperti itu, lanjut Hidayat, maka pemerintah telah memberikan tax holiday untuk investor yang akan berinvestasi mesin di Indonesia, dan telah ada beberapa negara yang berminat untuk melakukan investasi. "Salah satunya perusahaan dari Cina, mereka juga telah meminta kita untuk datang pada forum investasi di Cina dalam waktu dekat ini dan menjelaskan apa saja kebutuhan kita," tambahnya.

Ia menjelaskan, saat ini ada kurang lebih sebanyak 2.900 pabrik tekstil di Indonesia, dan sekitar 500 diantaranya membutuhkan peremajaan mesin beserta komponennya.

Sementara itu, Ketua API Ade Sudrajat mengatakan bahwa pihaknya menyambut baik permintaan Menteri Peridustrian untuk menyiapkan peta industri tekstil Indonesia. "Yang akan kita siapkan antara lain adalah negara-negara mana yang bisa didekati agar bisa meningkatkan ekspor, dan juga bagaimana kedepannya Indonesia mampu untuk membuat mesin sendiri," ujar Ade.

Ia menjelaskan, untuk pembuatan mesin sendiri harus didahului dengan industri komponen, dan juga harus didukung dengan industri motor penggerak dan utamanya adalah sektor-sektor industri ringan. Indonesia merupakan salah satu pemasok tekstil dan produk tekstil (TPT) dan mampu memenuhi 1,8 persen kebutuhan dunia dengan nilai ekspor mencapai 12,46 miliar dolar AS atau setara dengan 10,7 persen dari total ekspor non-migas.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement