Senin 29 Apr 2013 19:48 WIB

Tiga Kelemahan Aburizal Bakrie

Rep: Ira Sasmita/ Red: Citra Listya Rini
Aburizal Bakrie
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Aburizal Bakrie

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar komunikasi Effendi Ghazali mengurai tiga kelemahan Aburizal Bakrie sebagai calon presiden Indonesia 2014 nanti. 

Pertama, Effendi menilai tim pemenangan Ical -panggilan akrab Aburizal Bakrie- kurang bergerak dalam media sosial. Padahal, media sosial dinilainya sebagai salah satu wadah yang bagus dalam meningkatkan penerimaan publik terhadap sosok Ical.

Ical memang merupakan capres dengan intensitas penayangan iklan mengenai sosoknya di televisi. Tapi, Effendi melihat justru belum ada kekuatan yang disampaikan dalam iklan yang dibuat dengan beragam tema itu. 

"Ada kata-kata yang ditonjolkan yakni kesejahteraan dan pendidikan. Itu bagus, tapi cara pendekatannya yang ditayangkan iklan itu belum terlihat pergerakan sosialnya," kata Effendi usai membahas kuliah umum pencapresan Aburizal Bakrie di Hotel Four Season, Jakarta, Senin (29/4).

Dalam iklan yang ditayangkan di televisi, Ical memang terlihat turun langsung ke lapangan menemui rakyat. Dilihatkan juga bagaimana rakyat menerima ketua umum Partai Golkar tersebut. Namun, Effendi memandang, adegan demi adegan dalam iklan itu tidak memperlihatkan pergerakan sosial yang tulus. Hanya terlihat usaha kaum yang sudah mapan dalam menjangkau rakyat di bawahnya.

Kelemahan kedua, menurut Effendi isu mengenai lumpur Lapindo. Rasanya, isu mengenai korban Lapindo yang sampai hari ini masih menuntut kejelasan dari Bakrie Group masih akan terus dikaitkan dengan Ical. Padahal, sebenarnya tim dari kelompok Bakrie sudah berusaha mencanang konsep pemindahan korban Lapindo ke perumahan di Kahuripan.

"Itu gagasan yang menarik, tapi jadinya bergulir pada isu-isu yang tidak selesai," jelas Effendi.

Kelemahan ketiga, tambah Effendi, masih adanya cabang yang dikesankan publik terhadap Golkar. Yakni menyangkut sosok Jusuf Kalla (JK).

"Pada bagian lain JK masih disebut sebagai sosok capres, masih bisa dipinang oleh partai lain. Meski Golkar sudah deklarasikan langsung Ical sebagai capres," tutur Effendi.

Jika kelemahan-kelemahan Ical, bisa digarap dengan baik menjadi poin lebih lebih oleh tim nya. Maka, menurut Effendi, dengan kekuatan Partai Golkar Ical bisa saja sukses menjadi presiden Indonesia. Ical bisa saja menjadi presiden RI dari pulau Sumatra kedua setelah Syafrudin Prawiranegara. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement