Selasa 30 Apr 2013 16:22 WIB

Wamendag Bantah Daerah Perbatasan Sulit Dapatkan Gula

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Nidia Zuraya
Bayu Krisnamurthi
Foto: Republika/Ade Ismail
Bayu Krisnamurthi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Bayu Krisnamurthi membantah kalau daerah perbatasan sulit mendapat gula dalam setahun terakhir. Dia mengklaim tahun lalu telah memenuhi pasokan gula di perbatasan.

Namun, dia membenarkan saat ini ada beberapa daerah yang selalu mendapatkan izin impor khusus karena tidak memungkinkan mendapat kiriman gula dari dalam negeri. “Rakyat kita di sana berhak makan, dan konsumen gula.Tahun lalu kita lakukan juga,” ucapnya di Jakarta, Selasa (30/4).

Bahkan, lanjutnya, tahun lalu sempat terjadi surplus untuk daerah Kalimantan. Dia menambahkan, saat ini pengadaan gula sedang dihitung.

“Sudah ada permohonan izin impor gula dari beberapa gubernur seperti Aceh, Kepulauan Riau, sampai Maluku. Tapi kita belum mengeluarkan izin ke daerah itu. Nanti kita lihat karena itu jadi kebijakan khusus untuk daerah perbatasan,” paparnya.

Dia menegaskan, impor gula di perbatasan hanya dilakukan kalau pasokan gula dari Indonesia ke daerah itu tidak terenuhi. Tapi Bayu tidak mengetahui kapan membuka keran impor gula.

Disinggung mengenai yang mendapat izin impor gula adalah Perusahaan Umum Milik Daerah (BUMD), Bayu menegaskan, yang penting kebutuhan gula terpenuhi. “Kalau ada pengusaha dalam negeri yang bisa kirim kesana dengan harga yang bersaing kita akan sambut baik,” tuturnya.

Ditemui terpisah Menteri Perdagangan Gita Wirjawan membenarkan bahwa harga gula di daerah perbatasan lebih tinggi dibandingkan di daerah lainnya di Indonesia. Dia menjelaskan, yang membuat tingginya harga adalah infrastruktur, rantai pasokan secara keseluruhan. “Tapi ini sudah membaik,” ucapnya.

Dia menambahkan, persoalan gula di perbatasan sedang dipelajari. Dia juga tidak membantah kalau impor gula lebih murah daripada distribusi dari domestik. Namun, Gita menuturkan, kemungkinan tidak ada tambahan impor. Saat ini, lanjutnya, sudah ada beberapa perusahaan yang sudah mendapatkan alokasi.

Gita pun mengaku saat ini pihaknya sedang berkomunikasi dengan mereka bagaimana untuk memaksimalkan bukan hanya kepentingan impor gula yang biasa tapi untuk pengalokasian kepentingan perbatasan. “Ini sedang dikalkulasi. Penawaran harus kita ukur, kemudian permintaan sudah cukup terdefinisi sudah terukur di perbatasan itu bagaimana,” tuturnya. 

Dia menegaskan, pihaknya berupaya menjaga keseimbangan antara produsen dalam negeri dan konsumen supaya harga gula tidak terlalu tinggi.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement