Kamis 02 May 2013 15:51 WIB

Rizal Desak Pemerintah Hapus Kuota Impor

Rizal Ramli
Foto: M Syakir/Republika
Rizal Ramli

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pakar ekonomi Rizal Ramli mendesak pemerintah mengubah sistem impor produk pangan dari sistem kuota ke sistem tarif agar menjadi lebih transparan dan menguntungkan rakyat.

"Sistem kouta pada impor produk pangan hanya dilakukan oleh beberapa perusahaan yang ditunjuk pemerintah, sehingga sarat terjadi praktik kartel," kata Rizal Ramli kepada pers, di Jakarta, Kamis.

Rizal menjelaskan, produk pangan yang oleh perusahaan importir yang melakukan praktik kartel berdampak merugijan rakyat dan negara karena harga produk menjadi sangat tinggi.

Ia mencontohkan, harga eceran gula pasir impor Rp 12.000 per kilogram, padahal harga pada saat diimpor Rp 6.000 per kilogram.

Mantan Menko Perekonomian ini juga mencontohkan, bawang merah impor dengan harga Rp9.000 per kilogram tapi harga ecerannya mencapai dua kali lipat.

"Saya minta pemerintah bisa mengubah sistem impor produk pangan dari sistem kuota yang terjadi praktik kartel ke sistem tarif yang lebih transparan dan menguntungkan rakyat," katanya.

Ia menjelaskan, pada sistem kuota hanya perusahaan yang ditunjuk pemerintah yang bisa melakukan impor produk pangan.

Tingginya harga prduk pangan impor di tingkat eceran, kata dia, bisa jadi karena ada dana kompromi antara perusahaan importir dengan oknum terkait.

Sedangkan pada sistem tarif, menurut dia, maka semua perusahaan yang yang memenuhi persyaratan bisa mengimpor produk pangan secara lebih transparan.

Rizal mengatakan, dirinya sudah melakukan dialog dengan Kepala Badan Urusan Logislatik (Bulog) serta Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) perihal kelebihan dan kelemahan sistem kuota dan sistem tarif bagi negara dan rakyat.

"Kepala Bulog dan Ketua KPPU menyatakan sepakat untuk mengusulkan perubahan sistem tersebut," katanya.

sumber : antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement