REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Presiden Afghanistan Hamid Karzai menepis penggunaan dana dari Biro Intelejen Internasional Amerika Serikat (CIA) untuk menyogok para panglima perang. Menurutnya, penggunaan dana tersebut dapat dipertanggungjawabkan.
''Tidak. Uang itu kami habiskan untuk belanja negara dan menggaji pegawai negeri sipil. Uang itu bukan untuk gerakan-gerakan dalam peperangan,'' kata Karzai saat konfrensi persnya Sabtu (4/5) dan dilansir Rusian Television, Ahad (5/5).
Pekan lalu, Senin (29/4) the New York Times melaporkan hasil wawancara bersama salah satu bekas kepala penasehat Karzai, Khalil Roman mengenai adanya aliran dana yang masuk ke kantor kepresidenan di Kabul dari CIA. Dana tersebut diberikan secara tunai dan tidak dimasukkan ke dalam kas negara.
Penggelontoran dana tersebut terjadi sejak Paman Sam menginvansi Afghanistan untuk menggulingkan rezim Taliban 2001 silam. Roman mengatakan pemberian dana tersebut adalah bagian dari cara AS untuk tetap awet menguasai Afganistan. Ia mengistilahkan dana itu sebagai ''uang hantu''.
Roman tidak menyebutkan nominal dalam wawancara tersebut. Tapi, dia mengatakan uang itu digunakan untuk menyogok panglima perang. Uang hantu juga untuk mempengaruhi kebijakan Afghanistan tentang kondisi perang di negara tempat Usamah Bin Laden pernah berjaya.
Masih menurut Roman, uang menjadi desakan Kabul ke Washington agar Afghanistan tidak dilanda perang sipil pascatumbangnya Pemimpin Taliban Mullah Omar, 10 tahun lalu. Terkuaknya skandal uang gelap ini sempat membuat Karzai menghilang.
Media internasional pun menyasar uang hantu serupa yang digelontorkan Biro Intelijen Inggris (M16) kepada Kabul.Perjumpaan media pertama kali dengan Karzai saat dirinya melakukan pertemuan dengan Kepala Operasi CIA di Afghanistan, Sabtu (4/5).
Dalam pernyataannya, Karzai mengakui adanya aliran uang CIA versi Roman. Karzai menolak mengatakan uang tersebut untuk memenuhi brangkas-brangkas milik panglima perang. Kata dia, uang tersebut diperlukan untuk menggaji PNS dan membangun infrastruktur, sarana pendidikan serta untuk memberi santunan kepada korban perang.