REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Chatib Basri mengungkapkan penurunan rating outlook Indonesia oleh lembaga pemeringkat Standard & Poor's (S&P) sebagai alarm bagi pemerintah untuk mendorong lebih cepat reformasi ekonomi. Pemerintah saat ini sedang berusaha untuk melakukan reformasi tersebut.
"Seperti isu mengenai bahan bakar minyak (BBM), pemerintah sedang mencoba menyelesaikan itu. Yang masih dibicarakan adalah mengenai mekanismenya," ujar Chatib usai menghadiri penandatanganan perjanjian kerja sama antara PT Margautama Nusantara dan Cap Asia di Jakarta, Senin (6/5).
Ia tidak melihat penurunan ini akan memberikan dampak signifikan terhadap investasi di Indonesia. Ia mencatat pada kuartal pertama pertumbuhan investasi di Indonesia masih cukup tinggi, yaitu 30 persen. Ia optimistis pertumbuhan di kuartal kedua juga akan tetap tinggi.
Chatib menambahkan penurunan peringkat ini menjadi sinyal bagi pemerintah Indonesia untuk melakukan reformasi lebih cepat. Untuk reformasi birokrasi, BKPM telah melakukannya lebih dulu dengan memberikan kemudahan bagi calon investor, yaitu memotong jumlah formulir yang disyaratkan. "Kami sudah potong 38 form menjadi 15 form," ujar Chatib.