Senin 06 May 2013 15:08 WIB

Kepala BKPM: Hati-hati Berinvestasi di Indonesia

Rep: Friska Yolandha/ Red: Nidia Zuraya
Investasi (ilustrasi)
Foto: ANTARA/Widodo S. Jusuf
Investasi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meskipun lembaga pemeringkat internasional Standard & Poor's (S&P) menurunkan peringkat outlook Indonesia menjadi stabil, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) optimistis investasi masih tetap tinggi. Kepala BKPM Chatib Basri mengatakan realisasi pertumbuhan investasi hingga akhir semester pertama masih cukup bagus.

"Kalau kita bicara soal kuartal kedua saya tidak terlalu khawatir," ujar Chatib usai menghadiri penandatanganan kerja sama antara PT Margautama Nusantara dan Cap Asia, Senin (6/5).

Penurunan rating cukup berdampak di pasar keuangan. Namun dampak tersebut dinilai Chatib hanya berlangsung sementara. Untuk jangka panjang, Chatib tidak melihat penurunan rating sebagai ancaman investasi.

Per kuartal pertama saja investasi di Indonesia tumbuh 30 persen, ujar Chatib. Ia memperkirakan di kuartal kedua masih tumbuh tinggi. Ditambah dengan penyelesaian 12 bandara tahun ini, ia optimistis investasi di Indonesia tetap baik.

"Kalau diprediksi masih oke karena impor barang modal diperkirakan turun di kuartal keempat," ujar pria berkaca mata tersebut.

Bagaimanapun return investasi di Indonesia masih tinggi bila dibandingkan dengan negara lain. Indonesia per kuartal pertama tercatat tumbuh 6,02 persen. Sedangkan negara lain, khususnya di Eropa mengalami perlambatan dengan pertumbuhan hanya 0,5-1 persen.

Chatib menyatakan investasi asing juga masih bertumbuh. Indonesia mencatat rekor penanaman modal asing yang tumbuh 27,2 persen di kuartal pertama 2012. Pertumbuhan ini didorong oleh pertumbuhan kelas menengah yang signifikan. Derasnya aliran investasi ini mampu memacu tumbuhnya investasi dalam negeri.

"Oleh karena itu saya memperingatkan investor untuk berhati-hati berinvestasi di Indonesia, karena dia sangat adiktif," kata Chatib.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement