REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Lansekap masa depan politik di Malaysia diprediksi akan menapaki jalan suram. Kemenangan Barisan Nasional (BN) dalam pemilihan raya, Ahad (5/5) tidak menjamin kestabilan politik di negeri tersebut.
Perdana Menteri Najib Razak mendesak adanya rekonsiliasi politik pascakemenangan front nasional. ''Demi kepentingan nasional, saya minta semua pihak, utama dari oposisi menerima hasil pemilihan dengan hati yang terbuka,'' kata Najib saat konfrensi persnya usai dinyatakan sebagai pemenang oleh Komisi Pemilihan Raya (EC), dini hari waktu Kuala Lumpur, dan dilansir, Channel News Asia, Senin (6/5).
Najib mengakui kemenangan kali ini adalah awal keretakan di barisan koalisi nasional. Kata dia, fakta pemilihan menunjukkan polarisasi yang mengkhawatirkan bagi pemerintahannya mendatang. ''Jika tidak ditangani akan menciptakan ketegangan di negara ini,'' ujar Najib.
Pemilihan Raya Malaysia menyajikan drama politik yang menggebu. Sejak masa kampanye, dua front terbesar saling membeberkan kebusukan politik satu sama lain. BN yang merupakan sarang kelompok penguasa, dengan motor utamanya adalah United Malays National Organisation atau UMNO, berhadapan dengan koalisi 'pinggiran' Pakatan Rakyat (PR).
Rezim partai 57 tahun itu lega keluar sebagai pemenang. Hasil penghitungan suara manual menunjukkan, BN merebut 133 dari 222 kursi di Parlemen Nasional. Berbanding jauh dengan kursi perwakilan PR. Sebagai oposan, PR dipaksa puas dengan memperoleh 89 kursi. Kemenangan BN membawa Najib ke etape kedua kepemimpinannya sampai 2018 mendatang. Bagi UMNO kemenangan BN juga menjegal mimpi politik tokoh oposisi Anwar Ibrahim untuk berkantor di Kuala Lumpur.