REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Untuk pertama kalinya Joglo Tani Yogyakarta mewisuda dan melepas sebanyak 26 kader tani nusantara yang berasal dari enam provinsi dan 13 kabupaten di Indonesia, Sabtu (11/5).
Mereka mengambil kuliah di INTAN (Institut Pertanian) sambil praktik langsung sebagai petani dan tinggal di Joglo Tani yang berada di Dusun Mandungan I, Desa Margoluwih, Kecamatan Sayegan, Kabupaten Sleman.
"Untuk wisudawan INTAN (institut pertanian) - Joglo Tani merupakan angkatan pertama. Hal ini merupakan hasil kerja sama dengan kelompok-kelompok tani, lembaga-lembaga yang konsen dengan pengkaderan petani, dinas pertanian provinsi/ kabupaten dan organisasi masyarakat," kata Koordinator Publikasi Joglo Tani Rokhiman kepada Republika, Sabtu (11/5).
Sebanyak 26 kader tani tersebut terdiri dari 19 pria dan tujuh wanita yang berasal dari DIY (Kabupaten Kulon Progo), Aceh Darussalam (Kabupaten Aceh Timur), Jawa Tengah (Kabupaten Magelang, Demak, Klaten, Grobogan dan Salatiga), Jawa Timur (Kabupaten Magetan dan Tuban), Jawa Barat (Kabupaten Ciamis dan Indramayu) dan Lampung (Kabupaten Lampung Selatan dan Lampung Tengah).
Acara wisuda pelepasan diawali dengan prosesi budaya. Para kader tersebut naik Andong yang berjumlah tujuh dari kampus INTAN (Institut Pertanian) Yogyakarta menuju Joglo Tani.
Ketika sampai di titik selokan Mataram, wisudawan dan para pendamping studi menebar benih ikan dan menabur bunga di selokan Mataram.
"Menabur ikan dimaksudkan sebagai simbol lahir dan kembalinya kepada asal mula supaya bermanfaat bagi alam dan menjaga kelestarian. Sedangkan bunga dan harum wanginya merupakan simbol harapan agar mereka dapat mewarnai kehidupan yang tentram dan damai di masyarakat," katanya menjelaskan.
Sesampai di Joglo Tani, wisudawan disambut dengan 'pencak silat' sebagai simbol doa untuk membuka jalan dan menyingkirkan halangan-halangan. Kemudian dilanjutkan dengan tarian 'Sekapur Sirih' yang ditampilkan mahasiswa dari Kabupaten Kepulauan Anambas, Provinsi Kepulauan Riau.
Wisuda pelepasan ini diawali dengan pelepasan toga oleh anak sulung Raja Kraton Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X, GKR Pambayun mewakili Kraton Yogyakarta.
Selanjutnya wisudawan menerima kalungan 'iket' dari KPH Wironegoro, suami GKR Pembayun. Iket tersebut dimaksudkan sebagai simbol ikatan sanubari persaudaraan dan budaya tetanen Nusantara.
Prosesi selanjutnya wisudawan menerima 'surat kekancingan' dari Ketua Joglo Tani Yogyakarta TO Suprapto sebagai tanda wisudawan merupakan kader tani nusantara. Prosesi terakhir wisudawan menerima 'benih' dari Sinarto Junaedi selaku dewan pembina Joglo Tani Yogyakarta.