REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi VII DPR RI dari Fraksi PDIP Effendi Simbolon berharap kelangkaan elpiji 3 kg di pasaran bukan akibat rekayasa Pertamina. Sebab dikatakannya, selama ini Pertamina merasa mengalami kerugian dalam memproduksi elpiji 3 kg.
Selain itu, ujar Effendi, Pertamina juga ingin agar pemerintah mau menyetujui kenaikan harga elpiji 3 kg. "Mudah-mudahan kelangkaan elpiji 3 kg ini bukan rekayasa niaga maupun korporasi sebab sangat merugikan rakyat kecil," ujar dia di Jakarta, Kamis, (16/5).
Pertamina, terang Effendi, seharusnya tidak merasa rugi dengan harga elpiji 3 kg saat ini yang cenderung murah. Memang harga elpiji 3 kg itu di bawah biaya produksi.
Namun, ujar Effendi, elpiji 3 kg ini untuk menggantikan penggunaan minyak tanah. "Selain itu elpiji 3 kg disubsidi oleh pemerintah sehingga wajar harganya murah,” ujarnya.
Menurut Effendi, meskipun Pertamina belum sependapat dengan pemerintah terkait harga pokok elpiji 3 kg, Pertamina wajib menyuplai elpiji 3 kg kepada masyarakat sesuai kebutuhan masyarakat. Masyarakat tidak boleh dikorbankan dalam hal ini.
Kelangkaan elpiji, ujar Effendi, juga disebabkan oleh oknum yang memindahkan elpiji 3 kg ke daerah-daerah yang harganya jauh lebih tinggi. Ini bisa terjadi karena ada kemungkinan aparat juga ikut bermain.
"Modus operandi kelangkaan elpiji 3 kg ini, tidak jauh berbeda dengan modus operandi kelangkaan solar maupun BBM di Indonesia,” kata Effendi.
Pemerintah dan Pertamina, lanjut Effendi, jangan toleran terhadap kelangkaan elpiji 3 kg. Mereka harus berani menindak tegas para oknum yang menimbulkan kelangkaan, bukan ikut melakukan konspirasi.