Jumat 17 May 2013 22:13 WIB

Bali Jadi Percontohan Budidaya Kerang Raksasa

Rep: Ahmad Baraas/ Red: Karta Raharja Ucu
Kima atau kerang raksasa.
Foto: IST
Kima atau kerang raksasa.

REPUBLIKA.CO.ID, BULELENG - Permintaan kima atau kerang raksasa di pasar internasional semakin kuat. Bahkan, Indonesia tidak mampu memenuhi permintaan, lantaran terbatasnya produksi.

Menteri Kehutanan, Zulkifli Hasan, kepada wartawan di Buleleng, Bali, Jumat (18/5) mengatakan, bisnis penangkaran kima cukup menjanjikan. Selain pasar kima yang besar, juga menyerap banyak tenaga kerja dan pelestarian alam. "Budidaya ini akan kita kembangkan di daerah lain. Bali kita jadikan percontohan," kata Menhut.

Zulkifli mengunjungi Buleleng untuk meninjau pusat pembudidayaan kima di Desa Tembok, Kecamatan Tejakula. Pembudidayaan dilakukan PT Dinar Darum Lestari (DDL), dan merupakan satu-satunya perusaahn budidaya kima di Indonesia. Kima merupakan hewan laut yang dilindungi. Pemerintah melarang nelayan mengambil kerang yang dijadikan penghias aquarium itu.

Direktur, PT Dinar Darum Lestari, Made Mara Adi menyebutkan, setahun pihaknya mendapat pesanan sebanyak 10 ribu ekor kima dari pasar Amerika dan Eropa. Namun, ia baru, bisa memenuhi 3.000 ekor saja. "Kami menargetkan tahun ini sebanyak 5.000 ekor," katanya.

Kima dijual dengan harga 10 dolar AS per ekor untuk ukuran lima sentimeter (juffenile). Kima berukuran kecil inilah yang diekspor PT DDL, sedangkan yang berukuran besar (hippupus) dijadikan induk untuk pembiakan.

Pemilik PT DDL, Edi Wahyuono mengatakan, sejak dirintis 1997 pihaknya sudah memiliki sebanyak 400 indukan F1, yakni indukan dari hasil pembiakan. Selain ditempatkan di kolam penangkaran, kerang itu juga ditempatkan di laut (restoking). "Kalau jumlahnya sudah banyak, tidak bisa dipelihara di kolam, karenanya dilepas ke laut," katanya mengakhiri.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement