REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perseroan Terbatas Freeport Indonesia sudah mulai mengoperasikan kembali tambang terbuka secara bertahap sejak 28 Mei 2013 pascainsiden runtuhnya terowongan bawah tanah Big Gossan, Papua, yang menewaskan 28 pekerjanya pada Selasa (14/5).
Juru Bicara Freeport Indonesia Daisy Primayanti dalam siaran persnya di Jakarta, Rabu, mengatakan, untuk kegiatan tambang bawah tanah, belum mulai berproduksi.
"Kami berharap dapat segera dimulai kembali setelah selesainya inspeksi yang dikoordinasikan dengan pejabat pemerintah yang berwenang," katanya.
Menurut dia, pada hari Rabu ini pekerja serta kontraktor telah melanjutkan kegiatan kerja seperti biasa. "Kami terus menekankan pentingnya keselamatan kerja seiring dengan dimulainya kegiatan operasional," katanya.
Daisy mengatakan bahwa Inspektur Tambang Kementerian ESDM telah menyelesaikan penyelidikan awal terkait dengan kecelakaan yang terjadi di Big Gossan dan juga telah mengeluarkan rekomendasi terkait dengan kegiatan operasional. Berdasarkan rekomendasi tersebut, kegiatan pemeliharaan telah dilaksanakan di fasilitas operasional tambang bawah tanah.
Untuk tambang terbuka, lanjut dia, perusahaan saat ini sedang melakukan evaluasi kegiatan produksi dan akan memberikan informasi tersebut sesudahnya.
Namun, Dirjen Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM Thamrin Sihite mengatakan bahwa pihaknya belum mengetahui secara pasti waktu pengoperasian kembali PT Freeport Indonesia.
"Kemarin, sudah disepakati bahwa masih dalam masa berkabung," katanya saat ditemui usai acara wisuda mahasiswa Perguruan Tinggi Kedinasan Akademi Minyak dan Gas Bumi di Cepu, Blora, Jateng, Rabu.
Menurut dia, pihaknya akan melihat waktu yang tepat untuk pengoperasian kembali kegiatan tambang emas dan tembaga di Papua tersebut. Thamrin juga mengaku bahwa dirinya belum mendengar rencana perusahaan asal AS itu beroperasi kembali dalam 1--2 hari ke depan.
"Belum dikomunikasikan ke saya," katanya lagi.