Senin 03 Jun 2013 17:35 WIB

Intel AS: Sampel Darah Suriah Positif Terpapar Sarin

Seorang kru senjata kimia AS memeriksa sampel dari roket M55
Foto: U.S ARMY
Seorang kru senjata kimia AS memeriksa sampel dari roket M55

REPUBLIKA.CO.ID, Komunitas intelijen Amerika Serikat mengungkap bukti kuat bahwa senjta kimia telah digunakan di Suriah. Sejumlah sampel darah yang diambil dari banyak orang telah dites dan hasil menunjukkan positif dari agen syaraf, sarin.

Pada Maret, rezim Assad dituduh menggunakan senjata kimia dalam serangan di kota Aleppo. Sampel darah yang dibawa oleh grup oposisi Suriah diduga dari korban serangan tersebut.

Namun, analis Amerika tak sepenuhnya yakin dari mana darah itu diambil atau kapan tepatnya proses korban terpapar gas itu terjadi.

"Ini lebih dari satu organisasi yang mewakili dan mereka memiliki lebih banyak sampel, juga dari banyak serangan," ujar seorang sumber kepada Danger Room, Wired. "Namun kita tak bisa mengonfirmasi apa pun karena masih belum yakin apa yang terjadi di negara itu," ujarnya.

Apa yang jelas adalah sampel-sampel tadi otentik dan senjata tersebut diduga telah digunakan militer Suriah. Satu bulan lalu rezim Assad disinyalir mulai melakukan prosedur pecampuran materi kimia pembentuk gas sarin satu bulan lalu, seperti yang pernah dilaporkan sebelumnya.

"Sangat-sangat sulit bagi oposisi untuk memalsukan ini. Tak hanya mereka harus mencuri atau membuat sendiri dan lalu membuat orang lain menjadi sukarela berkorban menghirup gas tersebut--yang sukar dibayangkan ada orang mau melakukan."

Militer AS melakukan tes awal terhadap bukti itu dengan mencari keberadaan enzim kholinesterase dalam sel-sel darah merah dan plasma. (Sarin mengacaukan kholinesterase, enzim yang berperan membuat neotransmiter kunci terbentuk dalam tubuh, neo transmiter inilah yang berfungsi membuat otot bekedut).

Bila kholinesterasi yang ditemukan kian sedikit, maka darah tersebut cenderung mengandung gas syaraf sarin.

Masalahnya, beberapa pestisida juga berefek mengurangi kholinesterase. Alhasil, sering kali militer melakukan tes, dua hingga tiga kali.

Bedanya, ketika Sarin mengikat enzim kholinesterase, zat tersebut melepaskan satu atom fluorida, sedangkan pestisida tidak. Maka tes kedua akan menguji apakah sampel darah tersebut mengandung ion fluorida.

Bila tes ini tidak berhasil, maka pakar sains di militer akan melakukan pengujian ketiga--dianggap sebagai standard emas. Metodenya yakni mengisolasi satu plasma yang mengandung kholinesterase, lalu mencampurkan enzim pepsin yang akan mencerna plasma menjadi pecahan lebih kecil.

Sarin biasanya mengikat beberapa pecahan kecil tadi, dan spektometri massa bisa mendeteksi bila materi sarin memang ada di sana.

Menurut Financial Times, satu sampel darah dianalisa oleh ilumwan Amerika, sementara yang lain diuji oleh Laboratorium Sains Teknologi Pertahanan Inggris dan juga Prancis.

Kapan hasil akan keluar tidak ada kepastian jelas. Sebelumnya pemerintahan Obama menepis laporan dari Inggris yang menyatakan ada penggunaan senjata kimia di Suriah. "Tidak ada kesimpulan yang keluar bahwa senjata kimia digunakan di sana," ujar juru bicara Gedung Putih, Jay Carney, pada pekan terakhir Mei lalu.

Hanya saja pada Kamis pagi, Gedung Putih berubah sikap dan mengeluarkan surat pernyataan kepada dua senator, Carl Levon dan John McCain, isinya mengonfirmasi penemuan gas sarin di Suriah..

Obama, sebelumnya pernah menyatakan penggunaan senjata semacam itu oleh rezim Assad berarti telah 'melanggar garis merah'. Pertanyaannya sekarang, apa respons yang akan dibuat oleh Gedung Putih?

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement