REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pemimpin oposisi Myanmar Aung San Suu Kyi pada Kamis menyatakan niat ikut bertarung meraih kursi kepresidenan dalam pemilihan umum pada 2015.
Saat berbicara di hadapan pemimpin dan pengusaha dunia pada Forum Ekonomi Dunia di Asia Timur di Naypyidaw, peraih Nobel Perdamaian itu mendesak dilakukan amandemen konstitusi buatan militer, yang tidak memungkinkannya memimpin negara tersebut.
"Saya ingin bertarung untuk kursi presiden dan saya sangat terbuka mengenai hal ini," kata mantan pegiat demokrasi ini kepada delegasi foum dunia tersebut.
"Jika saya berpura-pura tidak ingin menjadi presiden, berarti saya tidak jujur," imbuh dia.
Penghambat utama bagi Suu Kyi untuk meraih ambisinya menjadi presiden adalah konstitusi yang berlaku saat ini, yang melarang siapapun yang pasangan atau anak-anaknya merupakan warga negara asing untuk menjadi pemimpin negara.
Dua anak laki-laki Suu Kyi dan almarhum suaminya Michael Aris adalah warga negara Inggris dan klausa ini diyakini banyak pihak sengaja ditujukan untuk peraih Nobel Perdamaian itu.
Pemerintahan sipil yang semu dibawah Presiden Thein Sein mulai mengejutkan dunia sejak berkuasa dua tahun lalu dengan memuat perubahan dramatis di bidang politik dan ekonomi, sehingga sebagian besar sanksi dari negara-negara Barat dicabut.
Ratusan tahanan politik dibebaskan, pejuang demokrasi Suu Kyi masuk dalam parlemen baru dan gencatan senjata sementara telah tercapai di negara multi etnis yang selama ini dilanda perang sipil itu.
Suu Kyi, yang dikenai tahanan rumah oleh junta sebelumnya selama 15 tahun masih sangat populer di Myanmar dan partainya Liga Nasional untuk Demokrasi diperkirakan bisa memenangi pemilu jika dilakukan dengan bebas dan adil.