Jumat 07 Jun 2013 16:36 WIB

Golkar Akui Soeharto Tak Prioritaskan Demokrasi dan HAM

Rep: Muhammad Akbar Wijaya/ Red: Karta Raharja Ucu
Almarhum Soeharto
Foto: Antara/Jefri Aries
Almarhum Soeharto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua DPP Partai Golkar, Hajriyanto Y Tohari mengakui, dalam masa kekuasaannya mantan presiden Soeharto tidak memprioritaskan demokrasi dan HAM.

Menurutnya, hal itu karena Soeharto mementingkan dan mengutamakan stabilitas politik dan keamanan untuk pembangunan ekonomi. "Walhasil, Pak Harto memang menomorduakan demokrasi, tetapi semuanya itu demi pembangunan ekonomi," ujarnya saat berbincang dengan ROL, Jumat (7/6).

Hajriyanto berpendapat, bagi Soeharto demokrasi bisa dinomorduakan terlebih dulu agar pembangunan untuk kesejahteraan ekonomi dapat dilakukan. Konstruksi pemikiran Soeharto adalah membuat rakyat sejahtera dulu secara ekonomi baru nanti dikembangkan demokrasi.

Atau dengan kata lain membikin rakyat kenyang dulu perutnya, baru kemudian demokrasi. "Suka atau tidak suka, demikianlah keyakinan Pak Harto," katanya yang ingin Soeharto jadi pahlawan nasional.

Lantaran terlalu mendorong stabilitas politik dan keamanan Soeharto, katanya, akhirnya membatasi jumlah partai politik, membatasi kekuatan parpol, membatasi kebebasan berpendapat dan berserikat, termasuk membatasi kebebasan pers. Hal ini menurut Hajroyanto merupakan keyakinan politik Soeharto.

"Pak Harto telah menanggung risiko atas pilihan-pilihan politiknya itu. Itulah harga yang harus dibayarnya," tuturnya mengakhiri.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement