REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Utara dan Selatan sepakat untuk menggelar pertemuan pekan ini di Seoul, Korea Selatan. Pertemuan ini dilakukan untuk meredakan ketegangan diantara keduanya setelah Korea Utara melancurkan senjata nuklirnya di Semenanjung Korea beberapa bulan lalu.
Pertemuan yang akan digelar Rabu (12/6) nanti berfokus pada proyek kerja sama keduanya, termasuk wilayah industri bersama, Kaesong. Begitu laporan terakhir yang dilansir AP, Senin (10/6).
Masih belum diketahui perwakilan kedua pihak yang akan menghadiri pertemuan itu. Namun, keduanya sama-sama akan mengutus pejabat tinggi pemerintah. Dialog di semua level yang sudah mulai berjalan menunjukkan adanya perbaikan hubungan kedua negara itu.
Pihak Kementerian Persatuan Korea Selatan menyampaikan pertemuan Rabu mendatang juga akan membicarakan sektor pariwisata pegunungan, pertemuan keluarga-keluarga yang terpisah di dua negara itu, serta isu-isu kemanusiaan lainnya.
Agenda pertemuan keduanya penting bagi Washington karena Amerika Serikat (AS) ingin Korea Utara untuk menghentikan program senjata nuklirnya. Hanya saja, hal itu tidak masuk dalam agenda formal pertemuan.
Sebelumnya, Ahad (9/6), kedua pihak juga sempat bertemu terkait kesediaan Korea Selatan untuk beruding. Baik Korea Utara maupun Korea Selatan tidak menyinggung tentang senjata Nuklir Pyongyang.
Saat dikonfrimasi apakah ada pembicaraan tentang hal itu, Delegasi Korea Selatan, Chun Hae-sung, berkata, ''Tidaklah sesuai untuk membicarakan hal yang tidak ada dalam agenda.''
Kim Yong-hyun, profesor studi Korea Utara dari Dongguk University di Seoul, mengatakan Korea Utara sangat ingin berunding dengan Korea Selatan agar nantinya dapat terhubung dengan Amerika. Hubungan itu diharapkan dapat mengurangi sanksi internasional yang dijatuhkan PBB dan untuk memperbaiki kondisi ekonomi dalam negeri.
Menurut Kim, persoalan nuklir tak akan dibicarakan di perundingan lusa karena Pyongyang hanya ingin membicarakan itu dengan Washington dalam negosiasi persenjataan internasional.