Senin 10 Jun 2013 22:15 WIB

Sembilan Rumah Warga Menghitung Hari Diterjang Longsor

Rep: lilis Handayani/ Red: Djibril Muhammad
Rumah yang tertimbun tanah longsor di desaTenjolaya,Bogor.
Foto: Republika/Reja Irfa Widodo
Rumah yang tertimbun tanah longsor di desaTenjolaya,Bogor.

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON – Sembilan rumah milik warga di Blok Jepura dan Blok Pekuwon Kelurahan Kemantren, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon, terancam longsor akibat erosi sungai Cipager. Para pemilik rumah pun berharap ada bantuan dari instansi terkait untuk mengatasi kondisi tersebut.

 

Dari sembilan rumah tersebut, empat di antaranya terletak di Blok Jepura. Yakni rumah milik Sopiyah (70), Miskad (40), Dulkarin (70), dan Radin (37). Sedangkan lima rumah lain di Blok Pekuwon, masing-masing milik Imah, Maduna, Kartija, Sudira, dan Nengsih.

 

Berdasarkan pantauan di rumah milik Sopiyah, ancaman longsor memang benar-benar hanya tinggal menunggu waktu. Bahkan, pondasi bagian belakang rumah milik Sopiyah sudah menggantung. "Saya tidak bisa tenang, takut rumah tiba-tiba longsor," tutur Sopiyah, Senin (10/12).

 

Sopiyah mengatakan, ketakutannya semakin bertambah jika hujan turun dan arus sungai deras. Apalagi jika hal tersebut terjadi di malam hari.

 

Hal senada diungkapkan Dulkarin. Dia pun mengaku sangat mengkhawatirkan keselamatan diri dan keluarganya akibat ancaman erosi sungai Cipager.

 

Dulkarin berharap, ada perhatian dari instansi terkait untuk segera mengatasi masalah tersebut. Sebab, dia tidak memiliki kemampuan untuk pindah ke tempat lain.

 

Tokoh masyarakat Kelurahan Kemantren, Hardi, membenarkan ketakutan yang dialami para pemilik rumah tersebut. Apalagi, saat ini hujan masih sering turun dan membuat arus sungai Cipager menjadi semakin deras. "Kasian mereka selalu dibayang-bayangi ancaman longsor," tutur Hardi.

 

Hardi mengatakan, erosi sungai tersebut sebenarnya telah terjadi sejak tahun 2000-an lalu. Secara perlahan, erosi sungai membuat tanggul sungai terkikis dan mengancam rumah-rumah warga yang ada di pinggirnya.

 

Hardi menyatakan, sudah melaporkan hal tersebut pada instansi terkait. Bahkan, sudah ada petugas yang datang untuk meminta keterangan dan memotret kondisi rumah-rumah yang terancam longsor itu. "Tapi sampai sekarang tidak ada tindak lanjutnya," tutur Hardi.

 

Selain di Kelurahan Kemantren, kondisi serupa juga terjadi di Desa Dawuan, Blok Kruag, Kecamatan Tengah Tani, Kabupaten Cirebon. Sebanyak empat rumah di blok itu pun terancam ambruk akibat tergerus erosi sungai Pekik.

Salah seorang pemilik rumah, Saduli (40), mengaku selalu dilanda ketakutan. Apalagi, rumahnya kini hanya berjarak sekitar dua meter  dari bibir sungai yang sudah tergerus dan tidak memiliki senderan batu.

"Kalau hujan turun dan sungai meluap, saya sudah siap-siap ngungsi. soalnya takut rumah tiba-tiba ambruk," tutur Saduli.

 

Warga lainnya, Kalima, menuturkan, erosi sungai Pekik terjadi justru setelah mengalami pengerukan dan pelebaran sekitar setengah tahun lalu. Arus sungai yang deras, terus membuat tanggul sungai terkikis hingga mengancam rumah warga.

 

"Kalau dulu sebelum ada pengerukan dan pelebaran tidak seperti ini," kata Kalima.

 

Kalima berharap, ada perhatian dari instansi yang berwenang. Pasalnya, ancaman longsor bisa terjadi sewaktu-waktu.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement