Senin 17 Jun 2013 12:28 WIB

Jalan Pasar Jatinegara Lancar, Rezeki Tukang Parkir Macet

Sejumlah orang menyeberang jalan dengan menggunakan tombol penyeberangan dilampu merah kawasan Pasar Jatinegara, Jakarta Timur, Senin (6/2).(Republika/Prayogi)
Sejumlah orang menyeberang jalan dengan menggunakan tombol penyeberangan dilampu merah kawasan Pasar Jatinegara, Jakarta Timur, Senin (6/2).(Republika/Prayogi)

Oleh Hannan Putera

REPUBLIKA.CO.ID -- Berbeda dari hari biasa, ruas Jalan Raya Bekasi Barat tampak lancar. Pinggir jalan tampak bersih dari parkiran motor yang biasanya selalu memadati.

Tentu saja pemandangan tersebut membuat semua pengendara senang karena tidak lagi dirundung macet di titik tersebut.

Namun berbeda halnya dengan seorang pria tua yang mengenakan seragam parkir biru langit itu. Ia tampak murung memandangi lalu lalang kendaraan yang tampak hilir mudik di depannya. Tatapannya kosong seakan berharap ada motor yang mau singgah ke tempatnya.

Orang-orang menyebutnya Pak Gundul. Walau ia masih punya rambut yang menyembul dari topi petugas parkirnya, ia enggan menyebutkan nama aslinya. “Panggil saya Pak Gundul saja dik,” kata pria tua yang mengaku tinggal di belakang LP Cipinang.

Kepada Republika, Senin (17/6) siang, akhirnya Pak Gundul mau berkisah tentang peraturan baru yang dikeluarkan Dinas Perhubungan soal pembersihan area parkir. Tentu yang paling terasa efeknya adalah tukang parkir.

“Kalau bisa menangis, saya menangis dek. Banyak sekali tukang parkir disini yang telantar karena sudah tidak dibolehkan lagi parkir,” kisahnya.

Pak Gundul mengatakan, profesi yang dijalaninya lebih dari 30 tahun itu kini tak tahu nasibnya seperti apa. Dua anaknya yang masih duduk di bangku sekolah tentu membutuhkan dana yang tak sedikit.

Anaknya yang tertua sudah bisa bekerja sebagai pembantu rumah tangga, sementara anak kedua masih di SMP dan yang bungsu masih SD.

Pria tua tersebut berencana akan mencoba pindah profesi mencari kerja di tempat lain. Ia mengatakan, daripada suntuk tak tahu apa yang akan diperbuat, lebih baik ia duduk di pelataran taman tempat dimana ia biasa menjadi tukang parkir.

“Saya jadi tukang parkir dari masih muda sampai peot begini, dek. Tiap hari saya jalan kaki pulang pergi dari rumah kesini untuk kerja parkir,” jelasnya.

Ketika masa-masa kecemerlangannya menjadi tukang parkir, ia bisa membawa pulang uang dari Rp 40 ribu hingga Rp 70 ribu per hari. Uang tersebut baginya sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan biaya sekolah kedua putra putrinya. Sekarang, ia hanya bisa gigit jari sambil menunggu jika ada pekerjaan. 

Beda halnya dengan Yanto, pria muda yang berprofesi sebagai tukang ojek. Walau tak semalang nasib Pak Gundul, tukang ojek di pasar Jatinegara kehilangan pangkalan tempat mereka mangkal. Akhirnya, mereka memilih untuk masuk ke dalam area halaman pertokoan.

“Baguslah, jalan kan memang tempat kendaraan lewat,” komentar Yanto ketika ditanya tanggapannya soal pembersihan lahan parkir oleh Dinas Perhubungan.“Tapi repot juga mas, gak ada yang tahu kalau tempat ojek pindah kesini,” celetuk temannya menimpali.

Langkah yang diambil oleh Dinas Perhubungan sudah tampak berhasil mengurangi kemacetan yang biasanya menyesak para pengendara. Kini area tersebut sudah lancar dan terkendali.

Namun, kebijakan tersebut mempunyai beberapa konsekwensi yang seyogyanya juga diperhatikan. Semoga saja ada perhatian dalam bentuk lapangan pekerjaan baru bagi orang-orang kecil seperti Pak Gundul.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement