Rabu 19 Jun 2013 23:12 WIB

Delegasi OKI Kunjungi Fasilitas Vaksin Bio Farma

Rep: Lingga Permesti/ Red: Citra Listya Rini
Bio Farma
Bio Farma

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Delegasi negara-negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) mengunjungi delapan fasilitas vaksin di PT Bio Farma, Rabu (19/6). Kunjungan tersebut dilakukan oleh 80 delegasi negara OKI. 

Mereka ingin mengetahui proses produksi vaksin di Bio Farma. Sebelumnya, delegasi OKI tersebut menghadiri pertemuan Pembuat Vaksin dan Obat-obatan Negara OKI 16-19 Juni 2013 di Bandung. Nantinya, pertemuan tersebut akan menjadi rekomendasi pertemuan tingkat menteri kesehatan. 

Bio Farma telah mendapatkan pengakuan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sehingga perusahaan sudah bisa mensuplai produknya ke beberapa negara. Di antara negara-negara Islam, baru Indonesia yang telah memproduksi dan mensuplai produksi vaksin untuk program imunisasi di sejumlah negara, termasuk negara Islam. 

Kemampuan Bio Farma dalam kemandirian vaksin itu telah menjadi referensi atau dijadikan contoh oleh pembuat vaksin di negara-negara Islam. Menurut Kepala Bagian Public Relations Bio Farma, N.Nurlaela, delegasi negara-negara OKI itu terbagi dalam delapan kelompok yang masing-masingnya mengunjungi gedung-gedung produksi Bio Farma. 

Kelompok pertama delegasi OKI diajak untuk mengunjungi gedung polio bulk. Kepala Bagian Produksi Polio Bulk, Wadi Hidayat mengatakan, untuk memasuki gedung perlu persyaratan yang harus dipenuhi.

"Sebelumnya pengunjung harus dironsen, divaksinasi, menjaga agar tidak terkontaminasi. Ada akses kontrol agar produk tetap aman," kata Wadi.

Gedung kedua, delegasi OKI memasuki gedung polio campak. Di gedung ini diproduksi kebutuhan vaksin untuk dua pertiga dunia atau disebar ke 123 negara. Delegasi juga diajak melihat gedung formulasi filling, gedung riset dan pengembangan, gedung pertusis, gedung quality control dan gedung pengemasan. 

"Dalam proses pengemasan, produk di inspeksi satu demi satu, kalau ada yang tidak sesuai standar sedikit pun akan di-reject. Yang reject itu kurang dari satu persen," ujar dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement