REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) tengah menghitung perkiraan kenaikan harga barang pascarencana kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi (BBM). Ketua Apindo Sofjan Wanandi meyakinkan kenaikan harga barang tidak akan mencekik leher masyarakat.
"Kenaikan harga paling tinggi hanya lima persen," ujar Sofjan usai konferensi pers Trade Expo Indonesia (TEI) di Gedung Kementerian Perdagangan, Kamis (20/6).
Kenaikan yang paling dirasakan pengusaha adalah kenaikan biaya transportasi dan logistik. Pasalnya kedua hal itulah yang dekat kaitannya dengan BBM. Oleh karena pengusaha saat ini tengah mengkaji berapa kenaikan biaya transportasi yang akan menjadi tambahan beban industri.
Kenaikan harga barang juga tidak serta merta dilakukan sekaligus. Sofjan mengatakan harga akan dinaikkan secara bertahap. Pasalnya industri masih memiliki stok dari produksi lama dan harus menghadapi gempuran barang-barang impor. Kenaikan bertahap bertujuan agar dampaknya tidak begitu dirasakan masyarakat. "Kita tidak bisa jualan kalau jual dengan harga tinggi," Ujar Sofjan.
Dengan kenaikan harga BBM bersubsidi, Apindo mengharapkan pemerintah bisa mempercepat perbaikan dan pengembangan infrastruktur. Ia menilai enam bulan terakhir pemerintah tidak maksimal dalam melakukan pengembangan infrastruktur sehingga industri seperti semen dan aspal merana. Pemerintah diharapkan juga untuk menurunkan high cost economy dan mengurangi impor.
Impor telah menekan penjualan produk dalam negeri. Apalagi banyak produk impor yang tidak membayar pajak, sedangkan industri dituntut membayar pajak 10 persen. Dari situ, kata Sofjan, produk Indonesia sudah kalah 10 persen.