REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) berpandangan penyaluran bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM) tidak akan meredam dampak inflasi akibat eksekusi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
Namun, menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa pada dasarnya BSLM bertujuan untuk menjaga masyarakat setengah miskin tidak jatuh miskin."Itulah pentingnya BLSM ini," ujarnya kepada wartawan seusai memimpin rapat koordinasi kesiapan penyelenggaraan Asia-Pacific Economic Cooperation 2013 di kantornya, Jumat (21/6).
Hatta menjelaskan pemberian BLSM bertujuan untuk menolong daya beli masyarakat. Dengan adanya keep buying strategy itu, ungkapnya, kegiatan perekonomian akan bergerak.
Khusus untuk inflasi, Hatta menyebut lonjakannya dapat dikendalikan melalui sejumlah aspek. Pertama, dari inflasi inti yang perlu dikendalikan BI dengan koordinasi pemerintah menyangkut harga bahan pangan bergejolak (volatile food). Suplai barang, sambungnya, harus dijaga agar tidak terjadi lonjakan.
Kedua, komponen harga yang diatur pemerintah (administered price) harus dijaga dan dikendalikan."Jangan sampai harga melambung karena spekulasi sehingga sebabkan inflasi. Ini yang tidak boleh terjadi," kata Hatta.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi bulanan Mei 2013 tercatat negatif 0,03 persen. Kemudian inflasi tahun kalender (Januari-Mei) 2013 2,3 persen dan inflasi year on year (Mei 2013 terhadap Mei 2012) 5,47 persen.
Sedangkan target inflasi dalam APBN-P 2013 adalah 7,2 persen. Sedangkan dari sisi inflasi komponen inti year on year (Mei 2013 terhadap Mei 2012) tercatat 3,99 persen, harga diatur pemerintah (administered price) 3,62 persen dan volatile food 12,6 persen. Terkait target inflasi 7,2 persen, Hatta mengatakan pemerintah berkomitmen untuk mencapai target tersebut.