REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah baru saja mengumumkan kenaikan harga BBM bersubsidi pada Jumat (21/6) malam. Namun demikian, keputusan pemerintah tersebut dinilai warga tidak tepat.
Sholihan, warga Cileungsi Bogor mengatakan, kenaikan harga BBM bersubsidi yang bertepatan dengan tahun ajaran baru sekolah dan menjelang ramadhan memberatkan warga. Sebab, kata dia, di saat semua orang sedang membutuhkan banyak biaya untuk keperluan anak sekolah, pemerintah justru makin memberatkan dengan keputusan menaikkan harga BBM bersubsidi.
"Timingnya sangat tidak tepat," ujar dia yang sehari-hari berdagang sembako di rumahnya ini. Dia menyebut, dalam seminggu terakhir, saat harga BBM belum naik saja semua harga kebutuhan pokok sudah ikut naik karena menjelang bulan puasa. Seperti harga telur ayam, kata dia, sudah mengalami kenaikan sebesar Rp 1.500 per kilogramnya.
Sholihan sendiri bulan ini harus merogoh kocek dalam-dalam demi membiayai dua anaknya yang akan masuk ke jenjang SMP dan perguruan tinggi.
Seperti diketahui, harga BBM subsidi ditetapkan naik mulai hari ini, Sabtu (22/6). Untuk bensin premium kini harganya menjadi Rp 6.500 per liter, sementara solar Rp 5.500 per liter.