REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Operator jasa telekomunikasi PT Telkomsel mengaku merugi hingga Rp 3 miliar lebih akibat pencurian baterai base tranceiver station (BTS) di beberapa kabupaten dan kota di Sulawesi Selatan yang terjadi sejak Januari hingga Juni 2013.
Nilai kerugian itu dihitung berdasarkan harga satuan baterai BTS itu yang seharga Rp 4-12 juta per unitnya. Dengan jumlah lebih dari 60 unit baterai BTS yang dicuri selama enam bulan ini membuat PT Telkomsel merugi dan harus mengganti baterai lainnya dengan pengadaan baru.
"Untuk sementara ini kerugian akibat pencurian sepanjang Januari hingga Juni ini lebih dari Rp 3 miliar lebih karena jumlah baterai BTS yang hilang lebih dari 60 unit dan itu membuat perusahaan merugi," kata Head of Network Service Makassar Departmen Sondang Widyanto didampingi Head Of Corporate Communications Pamasuka Division, Area Pamasuka di Telkomsel Jowvy Kumala di Makassar, Senin (1/7).
Ia mengaku, dalam setiap menara BTS, jumlah baterai yang terpasang itu bisa sampai 20 unit. Pemasangan baterai itu dimaksudkan sebagai cadangan mengantisipasi jika adanya pemadaman listrik oleh PLN.
"Sistem keja baterai itu, jika setiap kali terjadi pemadaman listrik, maka baterai secara otomatis akan berfungsi supaya pelayanan tidak terganggu, Jika dalam setiap BTS ada yang bermasalah dengan baterainya ketika pemadaman terjadi, itu sudah dipastikan akan mengganggu signal," tuturnya.
Seperti dilaporkan sebelumnya, Kepolisian Resort Maros bekerja sama dengan Telkomsel berhasil mengungkap pelaku pencurian baterai base tranceiver station (BTS) di beberapa kabupaten dan kota di Sulawesi Selatan.
"Pengungkapan pencurian baterai BTS ini berhasil dilakukan berkat adanya kerja sama dari pihak Telkomsel yang melaporkan gangguan pada menara BTS tertentu," ujar Kapolres Maros, AKBP Hotman Sirait di Makassar, Senin (1/7). Ia mengatakan, pelaku pencurian baterai BTS Telkomsel itu dilakukan oleh orang-orang yang ahli dan merupakan jaringan sindikat pencurian yang banyak beroperasi antar kabupaten dan kota.