REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Belum ditetapkannya kenaikan tarif untuk angkutan umum kelas taksi membuat para supir mengeluh. Keluhan mereka tentu saja karena penghasilan kian menyusut karena harus membeli BBM yang sudah naik. Sementara tarif untuk taksi belum ada kenaikan sama sekali.
Suhasman (31 tahun), pengemudi taksi Ekspress menceritakan, harus rutin membayar setoran kepada pemilik taksi sebesar Rp 300 ribu per hari. Sementara, dalam sehari dia kadang mendapatkan Rp 500 hingga Rp 600 ribu. "Kalau sepi bahkan bisa di bawah Rp 500 ribuan," ujarnya, Rabu (3/7).
Dari pendapatannya menarik taksi seharian itu, Suhasman masih harus mengeluarkan lagi biaya untuk membeli bensin minimal Rp 150 ribu. Dengan kenaikan harga BBM, kata Suhasman, dia terkadang tak mendapat apa-apa dalam sehari.
Menurutnya, jumlah penumpang relatif sama saja sebelum dan sesudah kenaikan BBM. Bahkan, kata Suhasman, penumpang malah cenderung naik taksi karena belum ada kenaikan tarif dibandingkan angkutan kota lainnya. Namun tetap saja, hal itu tidak banyak berpengaruh pada pendapatan Suhasman.
Kondisi ini membuat ayah dari tiga putra ini merasa berat dalam menjalani hidup sehari-hari. Dia harus membiayai sekolah dua putranya yang kini duduk di bangku SD. Sementara, penghasilan istrinya sebagai buruh cuci, hanya bisa dipakai untuk biaya makan sehari-hari.
Suhasman berharap, akan ada juga penyesuaian tarif untuk taksi. "Kalau tidak ada penyesuaian tarif, bisa dapat apa? Penghasilan dari narik sudah habis terpotong sama setoran dan buat beli bensin," keluhnya.