Kamis 04 Jul 2013 18:01 WIB

Baasyir Kirim Surat Terbuka untuk Presiden Suriah

 Ustadz Abu Bakar Baasyir saat mendengarkan pembacaan putusan atas kasusnya di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Kamis (16/6).
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Ustadz Abu Bakar Baasyir saat mendengarkan pembacaan putusan atas kasusnya di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Kamis (16/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ustaz Abu Bakar Baasyir menulis surat terbuka untuk Presiden Suriah, Bashar Al-Assad. Isi surat tersebut mengutuk kekejaman Bashar yang membunuh umat Islam di Suriah.

"Anda (Bashar Al-Assad) hancurkan masjid-masjid dan berbagai perilaku kejam yang hingga kini masih berlangsung. Realita itu semakin memperkuat, bahwa Anda bukanlah Muslim dan kami mengutuk kekejaman yang Anda lakukan," kata Ba'asyir dalam keterangan tertulis yang dikirimkan melalui JAT Media Center (JMC) di Jakarta, Kamis (4/7).

Juru bicara JAT, Son Hadi mengatakan, surat tersebut sudah diserahkan ke Kedutaan Besar Republik Arab Suriah di Jalan Karang Asem 1, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (3/7).

Ustaz Baasyir menilai bagi umat Islam ada beberapa pelajaran yang bisa diambil dari revolusi Islam Suriah, pertama selain permusuhan kufar Syiah internasional yang harus dilawan, sehingga kini terbongkarlah pencitraan mereka yang menjadikan kepedulian terhadap Palestina dan Al-Aqsha sebagai topeng.

Di sisi lain, menurutnya, sikap diktator pemerintah thaghut Suriah sejak zaman Hafez Assad, lalu diteruskan Bashar sebagai penerus berikutnya. Ia mengatakan kediktatoran itu, meski dia seorang Sunni dan berada di negeri Sunni sekalipun, maka umat Islam wajib menggulingkannya melalui revolusi Islam dan menggantinya dengan pemerintahan Islam daulah Islamiyah.

"Kami ingatkan wahai Bashar, di antara kesalahan terbesar Anda adalah tetap memelihara konflik ini terus berlangsung, karena memperturutkan hawa nafsu mempertahankan kekuasaan," ujarnya.

Ustaz Baasyir mengatakan, umat Islam yang mengerti realitas revolusi Islam di Suriah menyadari peperangan yang dilancarkan mujahidin di sana menghadapi musuh yang berbilang; dari mulai tentara rezim lalu milisi kafir pengikut Syiah Hizbusysyaithan, dibantu Iran, Iraq serta negara komunis Rusia dan Cina.

Menurutnya, suatu saat setelah Bashar tumbang, maka Amerika dan Zionis Israel akan menjadi sasaran mujahidin berikutnya untuk membebaskan Al-Aqsha. Ba'asyir mempersilahkan negara-negara Syiah mengirimkan tentaranya dan umat Islam dari penjuru dunia dari Timur Tengah sendiri, maupun dari benua Amerika, Eropa, Australia bahkan dari Cina, datang berbondong-bondong berjihad di Suriah.

"Akhirnya, Suriah menjadi Universitas Tarbiyah Jihadiyah yang dinantikan umat Islam, dimana secara teori maupun praktek fiqih jihad bisa mereka dapatkan dan kembangkan dalam laboratorium jabhah, sebagaimana di Afghanistan dahulu," tegasnya.

Ia menegaskan akan terus mendukung para mujahidin yang berjihad di Suriah. Ba'asyir juga menyerukan kepada kaum Muslimin yang memiliki kemampuan untuk berjihad bersama mujahidin Suriah.

Ustaz Baasyir membenarkan sikap ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah yang telah menggelar muktamar di Kairo Mesir beberapa waktu lalu. Muktamar itu salah satu menghasilkan resolusi yaitu memfatwakan wajibnya berjihad ke Suriah untuk melawan Bashar dan para pendukungnya.

Abu Bakar Baasyir divonis penjara selama 15 tahun oleh majelis hakim di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Majelis hakim menilai Amir Jamaah Anshorud Tauhid itu terbukti terlibat pelatihan militer kelompok teroris di Aceh. Saat ini Ba'asyir ditahan di sel Super Maximum Security Lembaga Pemasyarakatan Pasir Putih, Nusakambangan, Cilacap.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement