REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid mengkhawatirkan penundaan eksekusi mati Mary Jane ditiru terpidana mati lainnya yang menunggu proses dieksekusi. Meski begitu, menurut dia, diplomasi antara Pemerintah Filipina dan Indonesia tetap harus dihormati.
"Karena ini kan kasusnya ada orang yang menitipkan. Kalau kasus yang lainnya kan memang mereka itu pedagang," katanya kepada Republika, akhir pekan kemarin.
Menurut dia, takutnya jika nanti pemerintah kembali menangkap bandar narkoba lainnya, mereka berkilah dengan cara yang sama. Pasalnya, ketika hukum tersebut diproses di negaranya, belum tentu dihukum mati. Dia mengkhawatirkan, kasus Mary Jane bisa menjadi modus baru dengan mengaku sebagai kurir yang dijebak membawa narkoba.
"Bisa saja kan di negaranya ada yang mengaku yang tertangkap itu hanya dititipi sehingga tidak bersalah," ujar politikus PKS tersebut.
Seperti diketahui sebelumnya, Mary Jane lolos dari rencana eksekusi mati di detik-detik akhir, sedangkan delapan terpidana mati lainnya telah dieksekusi. Batalnya eksekusi itu setelah adanya permintaan dari Presiden Filipina Benigno Aquino serta pelaku penjualan manusia di Filipina menyerahkan diri. Dari pengakuannya kepada polisi negara itu, menyatakan Mary Jane tidak bersalah.