REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- MPR mengaakan training of trainer sosialisasi empat pilar di Palembang, Jumat (5/6). Ketua Badan Sosialisasi MPR Ahmad Basarah tampil sebagai pemateri pertama pada ToT. Ia menyampaikan materi berjudul: Pancasila sebagai dasar negara, Pancasila sebagai ideologi negara, Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, dan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum.
Menurut Basarah, masyarakat kini hafat sila-sila dalam Pancasila namun tidak memahami maknanya. Survei yang dilakukan oleh sebuah harian terkemuka di Indonesia membuktikan bahwa 70 persen siswa SMP dan SMA tidak memahami sila-sila Pancasila, dan 45 persen tidak hafal Pancasila.
Apa yang akan terjadi bila bangsa ini tidak hafal Pancasila dan tak tahu makna sila-sila Pancasila? Menurut Basarah, bangsa Indonesia akan kehilangan kompas dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara. Politisi Pancasila kelahiran 1968 ini lalu menunjuk beberapa contoh akibat kita tak memahami sila-sila Pancasila. Misalnya, secara ekonomi bangsa kita dijajah oleh bangsa asing. Ekonomi pasar berkembang pesat, dan ekonomi kerakyatan ditinggalkan.
"Akibatnya, bangsa kita menjadi bangsa kuli dari bangsa lain," ungkap Basarah.
Buktinya, semua produk yang kita pakai sehari-hari tak satu pun produk Indonesia, semua produk asing. Dampak lainnya, kata Basarah, kita menganut demokrasi liberal, bukan demokrasi musyawarah mufakat seperti diinginkan Pancasila. Demokrasi liberal lebih menganut prinsip keuangan yang berkuasa. Maka tak heran kalau tidak sedikit kepala daerah yang terpilih dalam Pilkada terpaksa berusan dengan hukum.
Dampak lain dari proses liberalisasi ekonomi dan politik, menurut Basarah, adalah merebaknya paham Islam radikal seperti yang berkembang di Timur Tengah, yaitu paham Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).